https://cdn0-production-images-kly.akamaized.net/Kt-GskaIdYhGH6Nn8KGJGgXMM7E=/0x0:1925x1085/640x360/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2930779/original/058527200_1570189957-1.jpg

Pecinta kopi ibukota mungkin sudah tidak asing lagi dengan SAGALEH. Citarasa kopi yang kuat dan rasa manis yang khas membuat kedai kopi ini menonjol dibanding para pesaingnya. Berawal dari bisnis kopi rumahan tanpa tempat duduk maupun koneksi WiFi, saat ini SAGALEH sudah memiliki enam cabang yang tersebar di Jakarta dan Bandung. Dengan mengusung slogan Merakyat dan Membumi, SAGALEH sukses melanggengkan budaya ngopi dengan sentuhan adat Minang di Jakarta dan sekitarnya.

Bagaimana cerita perjalanan bisnis SAGALEH hingga berkembang seperti sekarang? Dan apa sih ciri khas kopi andalan mereka? Dhydha Maryudha, salah satu dari enam Founder Kopi SAGALEH berbagi pengalaman mereka di sini.


Bermula dari Bisnis Keluarga

SAGALEH merupakan bisnis keluarga, yang dimotori oleh Dhyda, istri, kedua kakak ipar, dan dua orang sepupu. Mereka, sebagai generasi ketiga di dalam keluarga, seharusnya menjalankan bisnis turunan : sebuah rumah makan Padang bernama Sepakat yang cukup ternama di area Blok M, Jakarta. Namun, lantaran merasa belum berpengalaman luas, keenamnya memutuskan untuk memulai bisnis kecil-kecilan guna mengembangkan kepercayaan diri.

Akhirnya, berangkat dari kegelisahan akan mahalnya harga kopi susu yang enak di Jakarta, mereka memutuskan untuk masuk ke bisnis kopi. Tiga tahun yang lalu, dominasi salah satu produk kopi franchise impor memang masih cukup kuat. Harganya dinilai tidak masuk akal bagi kaum pekerja. “Mendingan bikin kopi lokal dengan rasa enak dan harga terjangkau,” ujar Dhydha.

Baca Juga: Tips Memulai Bisnis Kedai Kopi

Saat itu, di bulan Februari 2017, kopi susu kekinian sama sekali belum menjadi tren. Meski begitu, perjalanan bisnis Dhydha dan keluarganya tidak bisa dikatakan mulus. SAGALEH mulai berjalan dengan modal yang minim. Dari uang hasil patungan, mereka hanya mampu membeli sebuah grinder dengan kapasitas 200 gr, sebuah kompor portable, dan lima buah moka pot.

Mereka tidak punya konsep kafe, tidak menyediakan tempat duduk maupun koneksi WiFi seperti standar kedai kopi sekarang ini. Produknya pun cuma satu : es kopi susu, yang diproduksi dengan teknik sederhana manual brew. Yang mereka andalkan saat itu adalah citarasa manis yang khas dari resep kopi susu turunan keluarga.

Baca Juga: Aroma Segar Bisnis Kopi Indonesia Dari Hulu ke Hilir

Awalnya, karena keterbatasan tempat, penjualan hanya dilakukan secara online dari rumah keluarga mereka. Beruntungnya, 2017 merupakan tahun di mana aplikasi ojek dan transportasi online mulai bangkit dan berkembang pesat. Hampir seluruh lapisan masyarakat ibukota dengan cepat menjadi akrab dengan kegiatan pesan makanan lewat aplikasi. Bagi SAGALEH yang kala itu tidak punya tempat jualan, maraknya penggunaan GoFood dan GrabFood merupakan berkah tersendiri. Dengan begini, kopi mereka jadi tetap punya pasar. Dari sinilah kemudian usaha mereka berkembang pelan-pelan.


Sentuhan Kuliner Minang dan Rasa Manis yang Khas

SAGALEH merupakan bahasa Minang, yang berarti “segelas”. Tak hanya soal nama, sentuhan ranah Minang bisa kita lihat dalam kuliner dan camilan yang disediakan oleh SAGALEH di menu mereka. Dilansir dari Suara.com, SAGALEH membuka cabang ketiga di Rumah Wijaya, Kebayoran Baru pada tahun 2019 yang lalu. Di cabang tersebut, mereka menyajikan beberapa menu bernuansa Minang untuk mendampingi kegiatan ngopi, seperti keripik kulit, nasi goreng rendang, dan nasi lidah cabai ijo.

Hadirnya menu-menu tersebut tak lepas dari dukungan RM Sepakat milik keluarga mereka. "Rendangnya dari Rumah Makan Sepakat, cabe ijonya juga. Tapi, kedua menu ini enggak ada di Rumah Makan Sepakat. Kita sengaja kemas agar lebih masuk ke target market kami," ujar Ronny Lantang, selaku salah satu Owner SAGALEH.

Baca Juga: Pentingnya Memiliki Visi Dalam Menentukan Arah Pengembangan Usaha

Sementara soal kopi susu, SAGALEH menjadi ternama lantaran rasa manisnya yang unik. Konon, RM Sepakat milik keluarga mereka terkenal dengan rasa es teh manis yang khas. Tak jarang, pengunjung datang jauh-jauh hanya untuk menikmati segelas es teh mereka. Usut punya usut, mereka ternyata menggunakan racikan rahasia dari rempah-rempah asli Nusantara. Racikan inilah yang kemudian diadaptasi SAGALEH untuk memperkuat citarasa kopi mereka dan menjadi ciri khas yang tidak dijumpai pada kopi susu lainnya.


Berinovasi Tanpa Melupakan Idealisme

Sekarang ini, berkembangnya inovasi tren ngopi saat ini memacu para pebisnis kopi untuk berlomba-lomba melakukan inovasi. Dari Kopi Tubruk hitam muni, kemudian menjadi Kopi Susu Gula Aren, dengan penamaan menu macam-macam. Untuk meghadapi ini, inovasi merupakan salah satu unsur penting. SAGALEH pun tidak ketinggalan.

Baca Juga: Bale Kopi Gucialit, Menabung Kopi Demi Kesejahteraan Petani

Tapi, menurut Dhyda, kita tidak boleh melupakan core alias inti dari bisnis kopi kita sendiri saat berinovasi. Warna yang diusung oleh SAGALEH adalah kopi susu dengan strong flavour, di mana pada setiap menu kopinya ada ciri khas rasa yang kuat. Mereka tidak banyak menambahkan krim atau gula.

Begitu pula di menu minuman lain, berupa cokelat misalnya, yang mengedepankan kekentalan rasa coklat itu sendiri. SAGALEH juga bukan salah satu kopi yang memakai gula aren. Keunikannya terletak di hal lain, yaitu sentuhan rempah dan rasa kopi yang kuat. “Untuk gula, justru kita kurangi, dan pakai gula jawa,” ujar Dhyda.

Baca Juga: Pengenalan Bentuk SOP Yang Penting Diketahui Bagi UMKM

Menurut Dhydha, jika tren yang berkembang justru tidak cocok dengan produk kita, tentunya tidak harus dipaksakan. “Pada akhirnya, semua harus back to original,” ujar Dhyda. Intinya, mempertahankan konsep awal produk dan kekhasannya adalah hal yang sangat penting.


Nyatanya, Kopi Lokal itu Enak

Selama 3 tahun, dengan perkembangan fisik yang sangat pesat, Dhydha yakin bisnis kopi masih punya pasar yang sangat besar. Menurutnya, biji kopi lokal toh tidak kalah dari biji kopi yang diimpor dari luar negeri, asal diolah dengan benar. Justru varian kopi Nusantara jauh lebih unggul dari segi keragaman maupun kualitas.

https://cosmopolitanfm.com/wp-content/uploads/2017/11/KOPI-SAGALEH-2i.jpg

Sumber gambar : Cosmopolitanfm.com

Tak hanya itu, varian jenis minuman yang bisa diolah dari kopi pun bisa terus dikembangkan, selama cocok dengan selera masyarakat. Menu paling sederhana di SAGALEH adalah kopi tubruk. Menu yang lebih rumit adalah Avocado Coffee, yang merupakan fushion antara kopi dan alpukat mentega kocok. Tentunya mereka ingin inovasi menu dan rasa di SAGALEH terus berkembang agar pelanggan juga tidak bosan. Ke depannya, Dhyda dan kelima owner SAGALEH masih ingin mengembangkan banyak menu dengan resep-resep khas Nusantara.

Lebih jauh, mereka juga tetap memegang prinsip awal untuk menyediakan ruang bagi para penikmat kopi ibukota untuk tetap melestarikan budaya ngopi masyarakat luas. Sebab, seperti yang dikatakan Ronny Lantang, salah satu owner Sagaleh di Media Indonesia, kegiatan minum kopi merupakan sebuah budaya yang sudah mengakar di Jakarta. “Dan merupakan sebuah kiasan yang menggambaran perayaan atas kekeluargaan dan kebersamaan,” lanjutnya.

Baca Juga: Membangkitkan Bisnis Kopi Lewat Jaringan Warkop Nusantara

Terbukti, meskipun sudah berbisnis selama lebih dari 4 tahun di sektor kopi susu, SAGALEH tetap tidak melupakan idealismenya untuk menjadi kopi susu alternatif bagi kelas pekerja Jakarta dengan rasa yang khas dan harga terjangkau. Hari ini, varian kopi-kopi nikmat mereka dibandrol dengan harga Rp 11.000,- hingga Rp. 28.000,-. Cukup terjangkau, bukan? Di tahun 2019, mereka juga mulai mencoba menggaet pasar di Bandung, di Kedai Bahureksa. Terakhir, di awal tahun 2020, mereka membuka dua cabang baru secara berturut-turut, yaitu di TELKOM Landmark Tower dan Kedai Bintaro.

Baca Juga: Membangun Tim Dengan Budaya Inovasi

Banyak UMKM yang memang dimulai dari pertemanan atau kekeluargaan. Biasanya, mereka punya idealisme masing-masing yang dijunjung tinggi, dan tak hanya mementingkan cuan. Beberapa, seperti SAGALEH, berhasil menemukan ritme kerja sebagai suatu keluarga, dan mampu berkembang dengan pesat. Justru dengan kekeluargaan yang erat, mereka bisa saling mengingatkan tentang tujuan awal mereka berbisnis dan lebih menikmatinya.

Nah, jika Sahabar Wirausaha ingin terjun di bisnis kopi namun masih ragu, ingatlah bahwa selalu ada peluang di sektor ini. Inovasi-inovasi baru sangat diharapkan untuk meramaikan pasar kopi Indonesia. Sebab, budaya ngopi tak akan pernah mati.

Referensi:

  1. Webinar APINDO UMKM Akademi bertajuk “Komoditas Kopi Jadi Prioritas Nasional, Apa Peluangnya?” yang bisa diakses melalui link https://www.topkarir.com/article/detail/webinar-komoditas-kopi-jadi-prioritas-nasional-apa-peluangnya
  2. https://www.suara.com/lifestyle/2019/04/19/100500/rumah-sagaleh-kedai-kopi-nyaman-yang-sarat-sentuhan-minang?page=all
  3. https://mediaindonesia.com/humaniora/227165/nikmati-kopi-racikan-keluarga-dan-cerita-soal-jakarta-di-sagaleh