Jika mendengar nama Thomas Stamford Raffles, kira-kira hal apa yang akan terlintas di benak Sahabat Wirausaha? Selama duduk di bangku sekolah, kita tentu sering mendengar nama Thomas Stamford Raffles, seorang negarawan Inggris yang merebut seluruh kekuasaan Belanda di Indonesia. Meskipun Inggris di bawah kepemimpinan Raffles tidak lama menduduki Indonesia, yaitu dari tahun 1811 hingga 1816, namun Indonesia mengalami banyak perubahan diantaranya menghapus monopoli dan perbudakan, serta membagi pulau Jawa menjadi 16 Keresidenan. Bahkan, nama sang negarawan Inggris ini diabadikan sebagai nama bunga Rafflesia Arnoldi.

Hubungan antara Indonesia dan Inggris tidak hanya diikat melalui nama sebuah bunga. Secara umum, hubungan diplomatik antar kedua negara tersebut telah terjalin selama lebih dari 70 tahun. Dalam kurun waktu itu, Indonesia dan Inggris memiliki hubungan dan kerja sama yang cukup erat di berbagai bidang, seperti ekonomi, perdagangan, investasi, pendidikan, teknologi, maritim, sosial budaya, hingga pertahanan. Terlebih, kedua negara sama-sama merupakan negara maritim. Kondisi geografis sebagai negara kepulauan inilah yang menjadikan laut sebagai prioritas kepentingan nasional bagi Indonesia dan Inggris.

Baca Juga: Potensi Ekspor Produk Makanan Minuman Kemasan

Gambar 1. Hubungan Bilateral Indonesia dan Inggris

sumber : Okezone

Untuk meningkatkan potensi, khususnya dalam bidang perdagangan antar kedua negara, Indonesia dan Inggris bahkan telah melakukan nota kesepahaman tingkat perdagangan bilateral tahun 2021 lalu. Terlebih, saat ini Indonesia masih menempati urutan ke 52 untuk mitra dagang Inggris, yang sebetulnya ini masih sangat dapat dioptimalkan jika melihat potensi yang ada. Dengan adanya nota kesepahaman tersebut, peringkat Indonesia dapat diharapkan meningkat.

Kesempatan ini tentu menjadi informasi yang menggembirakan untuk seluruh Sahabat Wirausaha, karena memberikan peluang yang terbuka untuk Sahabat Wirausaha, termasuk peluang ekspor didalamnya. Peluang ekspor apa saja yang dapat Sahabat Wirausaha optimalkan? Yuk kita simak ulasannya berikut ini.

Baca Juga: Potensi Ekspor Biji-bijian


Mengenal Negara Inggris Raya Lebih Dekat

Dilansir dari Ilmu Pengetahuan Umum, negara yang juga disebut sebagai Britania Raya (Great Britain) ini adalah sebuah negara kepulauan yang terletak di laut lepas pantai barat laut benua Eropa. Negara yang memiliki nama lengkap United Kingdom of Great Britain dan Northern Ireland atau disingkat dengan United Kingdom (UK) ini pada dasarnya terdiri dari empat negara yang berada di dalam kedaulatan Britania Raya. Keempat negara tersebut adalah Inggris, Irlandia Utara, Wales dan Skotlandia. Selain keempat negara tersebut, Britania Raya juga memiliki beberapa Dependensi Mahkota dan wilayah-wilayah seberang laut Britania.

Di Indonesia, Sahabat Wirausaha mungkin lebih mengenal nama Inggris dibandingkan dengan nama Britania Raya. Namun perlu diketahui bahwa Inggris hanya merupakan salah satu negara di dalam kedaulatan Britania Raya. Di PBB, hanya kedaulatan Britania Raya atau United Kingdom (UK) yang diakui, sedangkan negara-negara lain yang berada didalamnya seperti Inggris, Wales, Irlandia Utara dan Skotlandia merupakan bagian dari Britania Raya atau United Kingdom (UK).

Baca Juga: Langkah-langkah Persiapan Memulai Ekspor

Gambar 2. Britania Raya dalam Peta Dunia

sumber : Ilmu Pengetahuan Umum

Luas wilayah Britania Raya adalah sebesar 243.610 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 65.105.246 jiwa. Mayoritas penduduknya adalah etnis kulit putih yaitu sekitar 87,2 persen. Kota-kota besar Britania Raya diantaranya adalah London, Manchester, Birmingham, Glasgow, Southampton/Portsmouth, dan Liverpool.

Britania Raya merupakan salah satu negara maju di dunia dengan pendapatan perkapita sebesar USD 44.300 atau setara dengan Rp 637 juta. Britania Raya atau United Kingdom ini juga merupakan negara yang memiliki ekonomi terbesar ke 9 di dunia dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar USD 2,925 triliun atau setara dengan Rp 42.4321 triliun. Di Eropa, Britania Raya menduduki urutan kedua setelah Jerman. Beberapa industri penting di Britania Raya diantaranya adalah permesinan, peralatan listrik, perangkat elektronik dan komunikasi, industri otomotif, perkapalan, pesawat terbang, perminyakan, dan pengolahan makanan. Merek-merek internasional yang terkenal seperti perusahaan perminyakan BP, perusahaan Otomotif Roll Royce, dan perusahaan perbankan HSBC merupakan perusahaan-perusahaan dari Inggris yang juga bagian dari Britania Raya.

Baca Juga: Sistem Distribusi, Perizinan dan Logistik Ekspor


Ekspor Indonesia ke Inggris Raya

Dilansir dari Kementerian Perdagangan, ekspor Indonesia ke Inggris mencapai USD 1,8 miliar atau setara dengan Rp 25 triliun, sementara impor dari Inggris mencapai USD 965 juta atau setara dengan Rp 13 triliun di tahun 2019. Di tahun 2020, total perdagangan antara Indonesia dan Inggris sebesar USD 2,2 miliar atau setara dengan Rp 31 triliun. Pada bulan Januari hingga Februari 2021, tercatat sebesar USD 335,70 juta atau setara dengan Rp 4,8 triliun. Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia ke Inggris sebesar USD 201,86 juta atau setara dengan Rp 2,9 triliun.

Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor produk tekstil, alas kaki, minyak sawit, produk kehutanan, elektronik, karet, makanan olahan, udang, barang kerajinan, ikan, minyak atsiri, coklat dan kopi ke pasar Inggris. Namun peluang meningkatkan ekspor ini diikuti tantangan dengan masih adanya hambatan tarif dan nontarif dalam regulasi perdagangan Indonesia dan isu keberlanjutan yang erat kaitannya dengan good agricultural practice (GAP) yang dilakukan oleh petani lokal. Selanjutnya, kita akan mengupas hal ini secara lebih mendalam.

Baca Juga: Pendampingan Standar Mutu Untuk Meningkatkan Kontribusi Ekspor UMKM

Gambar 3. Data Ekspor Indonesia ke Inggris Periode Desember 2020 hingga November 2021

sumber : CEIC Data


Komoditas Ekspor Indonesia ke Inggris Raya

Berikut adalah ragam komoditas yang banyak diekspor dari Indonesia ke Inggris, antara lain :

1. Sepatu

Dilansir dari Kementerian Perindustrian atau Kemenperin, peluang produk alas kaki atau sepatu dari Indonesia ke Inggris masih sangat menjanjikan. Hal ini ditandai dengan adanya tren ekspor yang cenderung meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan pangsa pasar produk alas kaki di Inggris tahun 2009, China, Vietnam, dan Italia merupakan tiga negara pengekspor produk alas kaki dengan kode HS6403 (footwear, upper of leather) terbesar ke Inggris selama sembilan tahun terakhir, yang kemudian diikuti oleh Belanda dan India.

China diketahui masih menempati pangsa pasar terbesar dengan nilai 32,48 persen. Saat ini, Indonesia diketahui masih berada pada urutan kesembilan dengan pangsa pasar 3,75 persen. Nilai ekspor produk alas kaki dari Indonesia HS6403 Indonesia ke Inggris baru mengalami peningkatan yang cukup stabil dari tahun 2005 hingga 2009.

Baca Juga: Mempersiapkan Kemasan (Packaging) untuk Memenuhi Standar Ekspor

Berdasarkan volume, penduduk Inggris membeli 331 juta pasang alas kaki di tahun 2008 atau 5,4 pasang alas kaki per kapita dan menghabiskan 129 Euro atau setara dengan Rp 2 juta per tahun. Rata rata nilai ini berada diatas rata rata Uni Eropa yaitu 4,2 pasang alas kaki per kapita atau 100 Euro atau setara dengan Rp 1,6 juta per kapita.

Berdasarkan data perdagangan produk alas kaki Indonesia, nilai ekspor produk alas kaki Indonesia ke dunia mencapai USD 1.736 juta atau setara dengan Rp 24 triliun tahun 2009, sementara Inggris merupakan tujuan ekspor produk alas kaki Indonesia keempat setelah Amerika Serikat, Belgia, dan Jerman dengan total nilai ekspor sekitar USD 1.420 juta atau setara dengan Rp 20 triliun. Dibandingkan tahun 2009, volume ekspor alas kaki ke Inggris di tahun 2014 sudah mengalami kenaikan yang cukup pesat.

Baca Juga: Membedah Pameran Domestik untuk Produk Pertanian

Gambar 4. Volume Ekspor Alas Kaki ke Inggris Tahun 2002 hingga 2014

sumber : Kementerian Keuangan - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam Databoks

Yang lebih menggembirakan, meskipun saat ini kita tengah menghadapi Pandemi Covid, salah satu peserta Export Coaching Program (ECP), kegiatan pembinaan UKM selama satu tahun, yaitu PT. Widaya Inti Plasma di Sidoarjo berhasil melakukan ekspor sebesar USD 24.236 atau setara dengan Rp 348 juta untuk produk alas kaki (Inner Slipper) ke United Kingdom. Capaian ini menunjukkan salah satu harapan terhadap perbaikan ekonomi Indonesia di masa pandemi.

Ya Sahabat Wirausaha, meskipun di tengah kondisi pandemi, permintaan ekspor dunia terhadap alas kaki cukup besar. Ekspor alas kaki Indonesia pada tahun 2020 sebesar USD 4,8 miliar atau setara dengan Rp 69 triliun. Angka tersebut naik 8,9 persen dibandingkan tahun 2019.

Baca Juga: Membedah Pameran Internasional dari Pemerintah Indonesia

Gambar 5. Ekspor Komoditas Alas Kaki

sumber : Ekonomi Bisnis

2. Maggot

Sahabat Wirausaha pernah mendengar tentang komoditas maggot? Maggot biasa kita kenal dengan belatung atau larva kering. Meskipun terkesan menggelikan dan membuat bulu kuduk merinding, maggot memiliki potensi untuk dibudidayakan dan diekspor tentunya. Terlebih, budidaya maggot tidak begitu sulit untuk dikembangkan, mengingat maggot berkembang biak dengan alami di alam sehingga mudah untuk mendapatkannya. Maggot bertahan hidup pada lingkungan tropis maupun subtropis sehingga potensi mengembangbiakannya sangat mudah dilakukan di Indonesia yang memiliki iklim tropis.

Salah satu kisah sukses terkait ekspor maggot, khususnya ke Inggris, telah dibuktikan oleh PT Bio Cycle Indo. Tahun 2020 lalu, Menteri Pertanian yaitu Syahrul Yasin Limpo bersama Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim secara simbolis melepas kegiatan ekspor komoditas maggot, yang merupakan hasil produksi dari PT Bio Cycle Indo senilai Rp 1,2 Triliun ke negara Inggris yang dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) Bubulak, Kota Bogor.

Baca Juga: Menentukan Target Negara untuk Ekspor

Gambar 6. Pelepasan Ekspor Komoditas Maggot

sumber : Radar Bogor

Larva kering yang diekspor ke Inggris berjenis Black Soldier Flies (BSF) sebanyak 7 ton melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Secara umum, maggot akan digunakan untuk industri pakan ternak di negara tujuan. Sebab, kandungan dalam larva kering itu kaya akan protein dan gizi bagi campuran pakan hewan ternak.

3. Kopi, Teh, dan Kakao

Seperti yang Sahabat Wirausaha ketahui, saat ini Inggris telah keluar dari Uni Eropa. Pasca Brexit ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong para pelaku usaha kopi, teh, dan kakao di Indonesia untuk memaksimalkan pasar yang ada di Inggris. Hal ini semakin diperkuat dengan pernyataan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, yaitu Kasan, yang menyebutkan bahwa tiga komoditas perkebunan Indonesia, yaitu kopi, teh, dan kakao, dicari oleh pembeli di pasar Inggris karena konsumsinya yang cenderung meningkat, khususnya selama pandemi corona.

Baca Juga: Cost and Freight (CFR)

Gambar 7. Negara Tujuan Ekspor Kopi Indonesia 2018

sumber : Kementerian Perdagangan dalam Katadata

Dilansir dari data Kemendag, Indonesia merupakan pemasok kopi terbesar ke 11 ke Inggris dengan nilai ekspor USD 25,86 juta atau setara dengan Rp 371 miliar pada tahun 2020 lalu dengan pangsa pasar 2,45 persen. Negara lainnya, yaitu Perancis menguasai pangsa pasar sebesar 14,9 persen,, Jerman 12,8 persen, Brazil 11,7 persen, Vietnam 10,9% persen, dan Italia 6 persen.

Sedangkan untuk komoditas lainnya yaitu teh, Indonesia pemasok terbesar ke 20 ke Inggris dengan nilai ekspor USD 1,88 juta atau setara dengan Rp 27 miliar dengan pangsa pasar sebesar 0,53 persen. Terkait dengan komoditas teh, Kenya menjadi negara pesaing utama dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 42,4 persen yang kemudian disusul oleh India sebesar 14 persen. Kemudian, untuk komoditas kakao, Indonesia merupakan pemasok terbesar keenam dengan nilai ekspor USD 10,7 juta atau setara dengan Rp 153 miliar dengan penguasaan pangsa pasar sebesar 1,56 persen.

Baca Juga: Mengenal Ragam Standar Produk Ekspor

4. Minyak Sawit

Selain kopi, teh, dan kakao, komoditas minyak sawit juga dapat Sahabat Wirausaha optimalkan pasca keluarnya Inggris dari Uni Eropa, mengingat selama ini produk kelapa sawit Indonesia mendapat kampanye hitam dari Uni Eropa. Seperti yang kita ketahui, Indonesia saat ini menjadi negara pengekspor minyak kelapa sawit dan produk olahannya terbesar di dunia. Dilansir dari data yang dihimpun Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), tercatat tahun 2019 volume ekspor minyak sawit dan produk olahannya mencapai 35,7 juta ton, atau mengalami kenaikan 4 persen dari tahun 2018.

Gambar 8. Kampanye Hitam akibat Kebakaran Hutan Perkebunan Sawit

sumber : Kompasiana

Inggris adalah salah satu negara yang melakukan impor kelapa sawit cukup besar. Kelapa sawit yang diimpor dari Indonesia secara umum digunakan oleh Inggris sebagai bahan baku biodiesel yang menjadi energi terbarukan. Oleh karena itu, tidak heran jika jumlah impor bernilai cukup besar. Pada tahun 2020, Inggris mengimpor kelapa sawit Indonesia (HS Code 1511 dan 1513) senilai USD 67,9 juta atau setara dengan Rp 976 miliar, meningkat 10,2 persen dibandingkan impor pada 2019 senilai USD 61,6 juta atau setara dengan Rp 886 miliar.

Baca Juga: Apa itu Bill of Lading?

Gambar 9. Volume Minyak Kelapa Sawit yang Diimpor oleh Inggris

sejak 2015/2016 Hingga 2020/2021 (dalam Ton)

sumber : Statista

Sahabat Wirausaha, itulah tadi ragam komoditas yang dibutuhkan Inggris dari Indonesia. Apakah Sahabat Wirausaha memiliki usaha yang berkaitan dengan komoditas-komoditas tersebut? Jika iya, maka Sahabat Wirausaha memiliki peluang yang besar yang harus dioptimalkan untuk menambah nilai ekspor Indonesia ke Inggris. Selamat bertumbuh ya!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi

  1. Ilmu Pengetahuan Umum. Profil Negara Britania Raya.
  2. Katadata. Inilah Negara Tujuan dengan Nilai Ekspor Kopi Terbesar Indonesia.
  3. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Indonesia - Inggris Pererat Hubungan Perdagangan - Komite Ekonomi dan JETCO.
  4. Statista. Volume of Palm Oil Imported into The United Kingdom (UK) from Season 2015/2016 to 2020/2021 (in tones).