Indonesia dan Belanda memiliki sejarah masa lalu yang tidak akan pernah dapat kita lupakan. Ya Sahabat Wirausaha, dijajah tiga setengah abad lamanya oleh negara yang terletak di Benua Eropa ini, membuat Indonesia dan Belanda memiliki sejarah yang cukup panjang di masa lalu. Namun kini semuanya telah berubah. Kunjungan Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti ke Indonesia menjadi simbol hubungan baik yang terjalin di antara Indonesia dan Belanda. Setelah 25 tahun, Raja dan Ratu Belanda, yaitu Willem Alexander dan Maxima Zorreguieta Cerruti berkunjung ke Indonesia di tahun 2020 lalu, dan ini menjadi simbol hubungan yang baik antara Indonesia dan Belanda.

Gambar 1. Kunjungan Raja dan Ratu Belanda ke Indonesia

sumber : Tribun

Kunjungan ini memang dirasa sangat penting untuk meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Belanda. Terlebih, dilansir dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Belanda adalah mitra dagang terbesar ke 15 dan investor terbesar ke 9 bagi Indonesia di tahun 2018. Sehingga, tidak mengejutkan jika perdagangan bilateral dengan negara kincir angin ini selalu menunjukkan surplus bagi Indonesia. Pada tahun tersebut pula, nilai perdagangan bilateralnya mencapai USD 5,14 miliar atau setara dengan Rp 73 triliun, di mana ekspor mencapai USD 3,90 miliar atau setara dengan Rp 56 triliun dan impor senilai USD 1,24 miliar atau setara dengan Rp 17 triliun.

Baca Juga: Potensi Ekspor Produk Makanan Minuman Kemasan

Besarnya nilai perdagangan tersebut tentu menjadi data yang menggembirakan untuk seluruh Sahabat Wirausaha, karena menggambarkan besarnya peluang yang terbuka untuk Sahabat Wirausaha, termasuk peluang ekspor didalamnya. Peluang ekspor apa saja yang dapat Sahabat Wirausaha optimalkan? Yuk kita simak ulasannya berikut ini.


Mengenal Negara Belanda Lebih Dekat

Dilansir dari Ilmu Pengetahuan Umum, Belanda yang memiliki nama lengkap Kerajaan Belanda (Kingdom of the Netherlands) adalah sebuah negara monarki konstitusional yang terletak di Benua Eropa, dimana wilayahnya mencakup daratan di Benua Eropa Barat dan tiga pulau di kawasan Karibia. Negara yang dipimpin oleh seorang Raja ini memiliki luas wilayah sebesar 41.543 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 17.280.397 jiwa pada tahun 2020. Etnis Belanda atau Dutch adalah etnis mayoritas di negara Belanda, bahasa resmi yang digunakannya adalah bahasa Belanda (Dutch). Di daratan benua Eropa, Belanda berbatasan dengan Jerman di sebelah timur dan Belgia di sebelah selatannya sedangkan di sebelah utaranya adalah Laut Utara (North Sea).

Baca Juga: Potensi Ekspor Biji-bijian

Gambar 2. Belanda dalam Peta Dunia

sumber : Ilmu Pengetahuan Umum

Di bidang perekonomian, Belanda merupakan salah satu negara maju di dunia dengan pendapatan perkapita sebesar USD 53.900 atau setara dengan Rp 774 miliar. Aktivitas utama perekonomian Belanda adalah Industri pengolahan minyak, kimia, makanan, dan produksi peralatan atau mesin listrik serta produk-produk agrikultur. Pendapatan Domestik Bruto nominal Belanda pada tahun 2017 adalah sebesar USD 924,4 miliar atau setara dengan Rp 13.282 triliun dengan pertumbuhan ekonominya sebesar 1,63 persen.


Ekspor Indonesia ke Belanda

Belanda merupakan negara tujuan ekspor terbesar untuk beragam produk dari Indonesia di Eropa. Bahkan, nilai transaksi ekspor Indonesia ke Belanda mencapai USD 3,6 miliar atau setara dengan Rp 51,54 triliun. Hal ini juga semakin ditegaskan oleh Mayerfas, selaku Duta Besar Indonesia untuk Belanda, yang menyatakan bahwa Belanda merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia di Eropa sekaligus sebagai gerbang masuk produk Indonesia ke kawasan-kawasan di Eropa.

Baca Juga: Langkah-langkah Persiapan Memulai Ekspor

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, dapat kita lihat bagaimana pesatnya pertumbuhan nilai ekspor Indonesia ke Belanda. Oleh karena itu, tidak heran jika Belanda merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke 11 bagi Indonesia, dengan komoditas utama, antara lain minyak sawit (19,16%), kopra (11,31%), asam lemak monokarboksilat (10,69%), asam monokarboksilat asiklik tak jenuh (5,97%), timah (5,41%). Selanjutnya, kita akan mengupas ragam komoditas yang selama ini berpotensi untuk dilakukan ekspor ke Belanda secara lebih mendalam.

Gambar 3. Trend Ekspor Indonesia ke Belanda Lima Tahun Terakhir

sumber : Trading Economics


Komoditas Ekspor Indonesia ke Belanda

Berikut adalah ragam komoditas yang banyak diekspor dari Indonesia ke Belanda, antara lain :

1. Biji Pala

Secara umum, nilai ekspor produk pala dari Indonesia ke Eropa mengalami tren penurunan sejak 2012 dan baru mulai naik lagi pada 2017 dan 2019. Meskipun demikian, rempah-rempah adalah salah satu komoditas dari Indonesia yang paling diminati oleh pasar internasional, termasuk juga Belanda. Mengingat baiknya kualitas produk rempah-rempah Indonesia, ditunjang dengan iklim dan cuaca negara Eropa yang mana tidak semua kebutuhan rempah-rempah dapat dipenuhi, menjadikan potensi luar biasa besar bagi Indonesia untuk menjual produk rempah-rempahnya di Belanda.

Baca Juga: Sistem Distribusi, Perizinan dan Logistik Ekspor

Gambar 4. Nilai Ekspor Produk Pala ke Eropa Tahun 2012 - 2019

sumber : LIPI

Untuk dapat melakukan kegiatan ekspor impor terkait komoditas rempah-rempah dengan Belanda, Indonesia bekerja sama dengan Verstegen Spices & Sauces BV, yang merupakan perusahaan produsen dan importir Belanda yang bergerak di sektor rempah-rempah. Menariknya, perusahaan Verstegen Spices & Sauces BV bukan hanya mendistribusikan komoditas rempah-rempah ke Belanda, melainkan juga ke seluruh Eropa.

Gambar 5. Verstegen

sumber : Renature

Verstegen Spices & Sauces BV telah mengimpor rempah-rempah dari Indonesia selama lebih dari 20 tahun yang nilainya mencapai 30 persen dari total impornya. Verstegen Spices & Sauces BV telah memiliki sertifikat The British Retail Consortium (BRC), The International Featured Standards (IFS), serta sertifikat produk organik dan halal, sehingga tidak heran jika perusahaan tersebut sangat konsen pada keamanan pangan dan kualitas produk.

Baca Juga: Pendampingan Standar Mutu Untuk Meningkatkan Kontribusi Ekspor UMKM

Rempah-rempah utama yang selama ini dibutuhkan oleh Belanda adalah biji pala, dan sebagian besar dari biji pala yang beredar di pasar Belanda berasal dari Indonesia. Selain Belanda, Singapura dan Argentina juga tercatat sebagai negara yang mengimpor biji pala yang cukup besar dari Indonesia. Bahkan, salah satu provinsi di Indonesia, yaitu Sulawesi Utara, telah mengekspor biji pala senilai total USD 147,2 ribu atau sekitar Rp 2,07 miliar ke Singapura dan Belanda pada akhir 2020, dengan rincian biji pala yang diekspor ke Singapura sebanyak delapan ton dan mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar USD 65.300 atau setara dengan Rp 938 juta, sedangkan ekspor ke Belanda sebanyak 13 ton dengan nilai devisa mencapai USD 81.900 atau sekitar Rp 1,17 miliar. Terkait dengan Argentina, Sulawesi Utara juga telah berhasil melakukan ekspor biji pala sebanyak 10.5 ton dengan nilai devisa mencapai USD 30.125 atau setara dengan Rp 432 juta.

Gambar 6. Ekspor Komoditas Biji Pala

sumber : Tempo

2. Dekorasi Rumah

Selain komoditas rempah-rempah, khususnya biji pala, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam melakukan ekspor untuk komoditas dekorasi rumah. Sebagai informasi, Belanda menempati peringkat pertama di Eropa untuk tujuan ekspor produk dekorasi Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 22,34% persen. Ekspor produk ini menunjukkan tren yang terus meningkat dari tahun 2014 hingga 2018, yaitu 3,38 persen dengan total ekspor di tahun 2018 sebesar USD 109 juta atau setara dengan Rp 1,5 triliun.

Baca Juga: Membedah Pameran Domestik untuk Furnitur

Gambar 7. Total Pengeluaran Konsumen untuk Produk Interior Rumah (Menurut Jenis) di Belanda Tahun 2019 dalam Juta Euro

sumber : Statista

Lebih jauh, kondisi ini semakin diperkuat dengan adanya kesepakatan antara Indonesia dengan Belanda terkait kerja sama pengembangan ekspor produk dekorasi rumah ke negara-negara di Eropa yang akan berlangsung selama lima tahun, yaitu sejak tahun 2019 hingga 2024 mendatang. Kerja sama tersebut merupakan inisiasi dari Kementerian Perdagangan Indonesia dan Centre for the Promotion of Imports from Developing Countries (CBI) Belanda yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas eksportir Indonesia di sektor produk dekorasi rumah, khususnya untuk meningkatkan daya saing ekspor dan tanggung jawab sosial dari usaha kecil dan menengah (UKM) Indonesia sehingga lebih mudah memasuki pasar Eropa. Kebijakan tersebut dituangkan ke dalam nota kesepahaman (Memorandum of Understanding atau MoU) yang ditandatangani kedua belah pihak pada bulan Oktober tahun 2019 lalu di Jakarta, dimana MoU tersebut merupakan tindak lanjut dari Letter of Intent (LoI) yang telah ditandatangani sebelumnya di Den Haag, Belanda pada 23 Juli 2019.

Gambar 8. Penandatanganan MoU

sumber : blogspot

Dilansir dari bisnis.com, terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan oleh UKM yang ingin terlibat dalam peluang ini saat tahun 2019 lalu, yaitu :

  • Tahap pertama, UKM yang telah mendaftar akan diseleksi melalui sistem audit yang ketat. UKM yang terpilih akan menjalani program pembinaan ekspor yang meliputi bimbingan teknis dan pelatihan, seperti pelatihan terkait pemahaman pasar Eropa, serta pengembangan kinerja tanggung jawab sosial
  • Tahap kedua, proses seleksi akan fokus pada peningkatan strategi penetrasi pasar bagi UKM untuk dapat memasuki pasar Eropa. Pada tahap ini, UKM akan difasilitasi untuk mengikuti berbagai kegiatan pemasaran, seperti partisipasi pada pameran, misi dagang bisnis ke bisnis, atau pemasaran secara daring. Adapun kriteria UKM yang dapat mengikuti program yaitu UKM Indonesia dengan fokus produk dekorasi rumah berbahan kayu, rotan, dan serat alami lainnya; perusahaan siap ekspor, dan memiliki saham minimal 51%. Syarat lainnya adalah memiliki karyawan sebanyak lima hingga 500 orang, serta telah memiliki program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang dapat dikembangkan.

Baca Juga: Potensi Ekspor Furniture

Dua tahap dan syarat yang ditetapkan perlu Sahabat Wirausaha ketahui, karena jika program ini diperpanjang atau dibuat batch lanjutan, maka Sahabat Wirausaha dapat menyiapkan seluruh persyaratannya lebih awal.

3. Minyak Jelantah

Belanda juga menjadi tujuan ekspor utama minyak jelantah dengan nilai sebesar USD 23,6 juta atau setara dengan Rp 339 miliar, kemudian disusul oleh Singapura sebesar USD 22,3 juta atau setara dengan Rp 320 miliar, Korea Selatan sebesar USD 10,6 juta atau setara dengan Rp 152 miliar, Malaysia sebesar USD 10,5 juta atau setara dengan Rp 150 miliar, dan China sebesar USD 3,6 juta atau setara dengan Rp 51 miliar.

Gambar 9. 10 Negara Tujuan Utama Ekspor Minyak Jelantah 2019 (USD Juta)

sumber : Katadata

Lebih jauh, Belanda dan Singapura menjadikan minyak jelantah hasil produksi Indonesia sebagai bahan baku biodiesel untuk kendaraan. Hal ini dianggap tepat guna karena minyak jelantah mengandung senyawa karsinogenik yang berbahaya bagi kesehatan. Sehingga, penggunaannya bukan untuk bahan baku industri makanan seperti dioplos kembali jadi minyak goreng. Selain biodiesel, minyak jelantah juga dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar lampu minyak, aroma terapi, pupuk untuk tanaman, pakan unggas, sabun cuci tangan dan cuci piring, serta cairan pembersih lantai.

Baca Juga: Potensi Ekspor: Wilayah Amerika Latin

Gambar 10. Ekspor Komoditas Minyak Jelantah untuk Biodiesel

sumber : Kontan

4. Minyak Sawit

Perlu Sahabat Wirausaha ketahui bahwa produk minyak sawit atau yang biasa disebut CPO (Crude Palm Oil) nasional sempat mendapat perlakuan diskriminasi di kawasan Uni Eropa karena perkebunan sawit di Indonesia dianggap menimbulkan dampak lingkungan. Adanya kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun karena pembakaran lahan yang dilakukan oleh pihak yang terafiliasi dengan perusahaan perkebunan sawit membuat pengelolaan perkebunan sawit di tanah air dianggap kurang memenuhi standar berkelanjutan Uni Eropa hingga merusak lingkungan hidup.

Gambar 11. Kebakaran Hutan dan Perkebunan Sawit

sumber : Kompasiana

Hal ini menyebabkan volume ekspor minyak sawit Indonesia periode Januari hingga September 2019 menyusut 11,78 persen menjadi 3,29 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Volume tersebut setara dengan 16 persen dari total ekspor CPO Indonesia yang mencapai 21,31 juta ton.

Baca Juga: Potensi Impor: ASEAN

Nilai ekspor Indonesia ke Eropa juga berdampak, dimana turun sebesar 27,89 persen menjadi USD 1,72 miliar atau setara dengan Rp 24 triliun. Menurut data Badan Pusat Statistik, ekspor minyak sawit Indonesia ke Uni Eropa periode Januari hingga September 2019 terbesar adalah ke Spanyol, yakni mencapai 771,19 ton, turun 17,1 persen dibanding periode yang tahun sebelumnya. Negara Uni Eropa tujuan ekspor CPO terbesar kedua Indonesia adalah Belanda, yakni mencapai 715,23 ton, turun 15,3 persen dibanding sebelumnya. Kemudian terbesar ketiga adalah Italia dengan volume sebesar 567,36 juta ton, juga turun 16,7 persen dibanding sebelumnya.

Gambar 12. Ekspor Minyak Sawit ke Eropa Januari hingga September 2019 Dibandingkan januari hingga September 2018

sumber : Badan Pusat Statistik dalam Databoks

5. Kopi

Satu lagi komoditas dari Indonesia yang berpotensi tinggi untuk bersaing di pasar Belanda dan Eropa adalah produk kopi hasil dari petani lokal kita. Terlebih, kopi menjadi salah satu produk yang konsumsinya cukup tinggi di Belanda.

Baca Juga: Menentukan Target Negara untuk Ekspor

Gambar 13. Komoditas Konsumsi di Belanda

sumber : Researchgate

Hal ini diperkuat dari pernyataan Atase Perdagangan (Atdag) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Indonesia di Den Haag, Sabbat Christian Jannes, yang menyatakan bahwa potensi ini ditindaklanjuti dengan diadakannya kegiatan promosi 36 varietas kopi khas produk 22 petani dari berbagai daerah di Indonesia dalam gelaran Indonesia Coffee Cupping (ICC) 2021 di Den Haag, Belanda.

Gambar 14. Gelaran ICC 2021 di Den Haag

sumber : Kontan

Gelaran ICC ini merupakan hasil kerja sama KBRI Den Haag dengan petani Indonesia, Coffee Cupping International, Diplomat TV, Astra International, CSA Logistics, dan Hotel Marriott. Dihadiri oleh para pemangku kepentingan terkait kopi seperti buyers dan importir kopi di Belanda, barista, cuppers, vlogger kopi, serta media, membuat kopi Indonesia semakin dikenal dan digemari di Belanda.

Baca Juga: Cost and Freight (CFR)

Yang lebih menggembirakan lagi, kopi tetap menjadi salah satu komoditas penting Indonesia yang diekspor ke Belanda dan Eropa meski kedua negara tengah menghadapi ancaman pandemi. Hal ini juga tidak terlepas dengan besarnya jumlah penduduk Belanda yang sekitar 17 juta jiwa, yang menjadikan Belanda sebagai salah satu negara konsumen kopi yang cukup besar. Terlebih, pada tahun 2020, sebagian besar peminum kopi di Belanda mengonsumsi 4 sampai 6 cangkir kopi per hari.

Dengan tingginya potensi pasar ini, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Den Haag memfasilitasi petani kopi Indonesia untuk mendapatkan sertifikat cupping pada gelaran ICC 2021. Untuk mendapatkan sertifikat ini, kopi petani Indonesia yang baru dipanen harus dikirim dan diuji kualitasnya di laboratorium. Jika lolos uji, sertifikat akan diberikan dan diharapkan diharapkan dapat meningkatkan nilai jual kopi Indonesia di Belanda dan Eropa.

Baca Juga: Mengenal Ragam Standar Produk Ekspor

Gambar 15. Ragam Kopi Indonesia yang Diperkenalkan di Belanda

sumber : Detik

Sahabat Wirausaha, itulah tadi ragam komoditas yang dibutuhkan Belanda dari Indonesia. Apakah Sahabat Wirausaha memiliki usaha yang berkaitan dengan komoditas-komoditas tersebut? Jika iya, maka Sahabat Wirausaha memiliki peluang yang besar yang harus dioptimalkan untuk menambah nilai ekspor Indonesia ke Belanda. Selamat bertumbuh ya!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

  1. Databoks. Ekspor Minyak Sawit ke Eropa Januari - September 2019 Menyusut 12%.
  2. Ilmu Pengetahuan Umum. Profil Negara Belanda.
  3. Katadata. Biodiesel Jelantah, Populer di Luar Negeri, Limbah di Negara Sendiri.
  4. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Indonesia Belanda Sepakat Kerja Sama Perdagangan, Investasi, hingga Pariwisata.
  5. LIPI. Hambatan Perdagangan dan Pasar yang Mapan Pala Indonesia di Eropa.
  6. Researchgate. Import, Export, and Consumption of Wood and Fish Products and Raw MAterials in The Netherlands
  7. Statista. Total Consumer Expenditure on Home Interior Products in The Netherlands in 2019, by Type.
  8. Trading Economics. Indonesia - Ekspor ke Belanda.



Tags :

#Ekspor #Belanda #BedahKasus #UKMNaikKelas #UMKMNAikKelas