Dari sebuah quotes sederhana “nothing is more expensive than a missed opportunity”, kita dapat memetik pelajaran Sahabat UKM bahwa ternyata peluang atau kesempatan itu memiliki harga yang sangat mahal. Mengapa demikian? Karena dari sebuah kesempatan, kita bisa belajar banyak hal, terlepas kita sukses atau tidak ketika mengambil peluang tersebut teman-teman.

Itulah mengapa Michael Jordan, pemain basket professional asal Amerika, memiliki motto dalam hidupnya “Í can accept failure, but I can’t accept not trying”. Ya Sahabat UKM, ketika kita mengambil sebuah kesempatan, namun kita masih gagal mendapatkannya, itu jauh lebih baik daripada kita tidak mencoba sama sekali dan takut mengambil kesempatan tersebut. Terlebih, biasanya kesempatan itu tidak datang dua kali.

Baca Juga: Membangun Tim Dengan Budaya Inovasi

Disisi lain, kesempatan untuk menjadi seorang entrepreneur terbuka bagi siapa saja, tidak terkecuali bagi seorang dokter gigi. Saat ini, dokter gigi tidak cukup jika hanya membuka praktik di klinik. Oleh karenanya, dokter gigi pun dituntut untuk memiliki mindset dan mental seorang entrepreneur. Inilah yang kita sebut dengan dentalpreneur.

Bagaimana dengan kesempatan menjadi dentalpreneur di Indonesia, apakah masih ada peluang didalam industri kesehatan gigi dan mulut? Apa saja yang perlu kita siapkan untuk menjadi seorang dentalpreneur? Kompetensi apa saja yang diperlukan? Mari kita simak penjelasannya bersama-sama.

Sumber: Instagram @vita.nurvitasari


Permintaan dan Penawaran Industri Kesehatan Gigi dan Mulut

Untuk dapat mengetahui apakah masih ada peluang bagi kita masuk ke dalam industri kesehatan gigi dan mulut di Indonesia, maka cara yang paling mudah untuk menemukan jawabannya adalah dengan membandingkan supply dan demand nya, atau permintaan dan penawarannya. Permintaan dalam hal ini adalah beneficiaries atau penerima manfaat atas jasa kesehatan gigi, sedangkan penawaran merupakan penyedia dari jasa industri tersebut.

Baca Juga: Lima Alasan Kenapa Budaya Inovasi Penting Bagi UMKM

Kita akan membahas sisi penawaran terlebih dahulu teman-teman. Sebelum adanya pandemik COVID-19, Indonesia mampu mencetak 1.500 lulusan dokter gigi setiap tahunnya. Kalau kita hanya melihat angka 1.500 lalu kita compound atau kita gabungkan angka ini dengan lulusan-lulusan dokter gigi setiap tahunnya, maka kita akan merasa bahwa jumlah dokter gigi di Indonesia sudah sangat banyak, sehingga tidak ada kesempatan lagi bagi kita rasanya untuk masuk dalam industri ini.

Sahabat UKM tidak perlu khawatir, karena sesungguhnya Indonesia masih membutuhkan jumlah dokter gigi yang sangat banyak. Kita dapat mengetahuinya dari standar yang ditetapkan oleh WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia. WHO menyatakan bahwa rasio ideal antara jumlah dokter gigi dengan jumlah penduduk masyarakat di negara berkembang adalah 1 : 7.500.

Sedangkan, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, saat ini perbandingannya masih di angka 1 : 9.000. Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya gap atau kesenjangan antara kondisi actual di Indonesia dengan standar ideal WHO. Oleh karena itu, masih ada peluang yang sangat besar jika Sahabat UKM ingin terjun ke dalam industri kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dan menjadi seorang dentalpreneur.

Sekarang kita akan beranjak ke sisi permintaan Sahabat UKM. Berdasarkan data dari RISKESDAS atau Riset Kesehatan Dasar, didapatkan informasi bahwa hanya 10% penderita sakit gigi yang sudah terlayani. Lebih jauh lagi, didapatkan informasi pula bahwa 88% masyarakat di Indonesia menderita karies atau gigi berlubang.

Baca Juga: 8 Jenis Inovasi yang Efektif Untuk Menaikkan Skala UMKM

Data-data ini menunjukkan bahwa Indonesia masih sangat membutuhkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, maka sekali lagi dapat kita pastikan bahwa peluang menjadi seorang dentalpreneur di Indonesia masih terbuka lebar.

Mengapa demikian? Karena ketika jumlah dokter gigi di Indonesia meningkat, maka industrinya juga akan ikut bertumbuh. Ketika industrinya bertumbuh, maka semua pemain yang berada di dalam industri tersebut juga akan merasakannya efek positifnya, baik klinik pribadi, rumah sakit, supplier alat dan bahan kesehatan gigi, dan lain sebagainya.

Tabel 1 Permintaan dan Penawaran Industri Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia

Sisi Penawaran

Sisi Permintaan

1.500 lulusan dokter gigi setiap tahunnya

(catatan : sebelum pandemi COVID-19)

Hanya 10% penderita sakit gigi dan mulut yang mendapat perawatan

Kesenjangan rasio jumlah dokter gigi dengan jumlah penduduk masyarakat di negara berkembang berdasarkan standar WHO

88% masyarakat Indonesia menderita gigi berlubang (khususnya usia diatas 5 tahun)

Bagaimana Sahabat UKM apakah sudah mulai tertarik untuk terjun sebagai dentalpreneur? Eiits, tunggu dulu. Sebelum teman-teman memutuskan untuk terjun sebagai dentalpreneur, Sahabat UKM harus menyimak hasil sebuah penelitian berikut ini.

Baca Juga: 10 Tipe Inovasi Bisnis yang Perlu Dilakukan

Sumber: Youtube Info FKG Unpad

Berdasarkan hasil riset dari U.S.Berau yang ditampilkan dalam Kuliah Kampus Merdeka FKG Universitas Padjadjaran, survival rate dari industri kesehatan di Amerika sejak tahun 2004 hingga 2015 trend nya cenderung turun seperti yang terlihat dalam gambar. Grafik ini menceritakan, bahwa ketika di awal banyak yang bersemangat membuat praktik namun beberapa tahun kemudian tutup dan bangkrut.

Hasil riset tersebut sesuai dengan publikasi dari Dental Economics yang menyampaikan bahwa 9 dari 10 entrepreneur biasanya bangkrut dalam usia 5 tahun bisnisnya. Sayangnya, fenomena ini juga terjadi di Indonesia.

Mengapa demikian? Karena calon-calon dokter gigi tersebut ketika sedang menempuh pendidikan gelar dokter giginya sangat kurang diberikan pemahaman dan pelatihan terkait entrepreneurship, baik terkait entrepreneur mentality maupun business management competencies nya. Hal ini sesuai dengan hasil riset yang dipublikasikan oleh Harvard Business Review.

Baca Juga: Inovasi dari Rendang Kemasan Hingga Padang Rice Bowl


Business Management Competencies dengan Konsep 6M + I

6M + I adalah salah satu tool manajemen yang mudah dipelajari dan digunakan oleh Sahabat UKM, tidak terkecuali jika Sahabat UKM ingin menjadi seorang dentalpreneur. 6M + I adalah singkatan dari man, money, machine, material, method, market, dan informasi. Yuk kita simak bahasannya satu-persatu.

1. Man

Man adalah faktor yang sangat penting, karena ini berhubungan dengan sumber daya manusia yang kita miliki. Ketika kita menyediakan jasa layanan kesehatan giigi dan mulut kepada masyarakat, maka produk kita ini termasuk ke dalam produk rasional.

Karakteristik keputusan pembelian dari produk rasional secara umum adalah pemilihannya dilihat dari manfaat atau utilitas yang didapat oleh beneficiaries, berdasarkan pertimbangan yang matang dan tentu tidak singkat, biasanya value of money atau uang yang dikeluarkan cukup besar, dan berhubungan dengan kebutuhan yang sangat penting bagi kita.

Ketika seorang konsumen memilih dokter gigi yang akan merawat giginya, secara umum pasien datang dalam kondisi sudah ada keluhan, entah nyeri gigi, gusi bengkak, atau memiliki gigi yang berjejal. Sehingga, hal utama yang diinginkan oleh pasien tersebut adalah manfaat atau utillitasnya, yaitu agar keluhan-keluhan yang Ia rasakan dapat tertangani dengan baik.

Baca Juga: Tips Melakukan Inovasi Produk

Maka, man dalam hal ini adalah kompetensi dokter-dokter giginya menjadi faktor utama penentu apakah klinik Sahabat UKM akan berhasil atau tidak. Selain itu, Sahabat UKM juga memerlukan man lainnya, yaitu tim penunjang manajemennya. Termasuk di dalamnya bagian keuangan, marketing, dan lain sebagainya.

2. Money

Money atau uang juga memiliki peranan yang sangat besar. Unsur ini tidak dapat kita abaikan Sahabat UKM. Terkait dengan dentalpreneur, maka hal yang perlu dilakukan adalah Sahabat UKM harus selalu mengkalkulasi biaya-biaya yang dikeluarkan. Adapun biayanya meliputi :

  • Pembelian alat dan bahan
  • Biaya operasional
  • Upah atau gaji
  • Biaya sewa
  • Biaya promosi dan marketing
  • Social emergency fund

Yang perlu Sahabat UKM tekankan dalam hal ini adalah biaya pengiriman untuk membeli alat dan bahan tersebut juga harus dicatat dan dihitung.

Dalam hal ini, jika dental klinik Sahabat UKM menyatu dengan area rumah, maka biasanya Sahabat UKM sering tidak mencatat biaya operasional seperti listrik, air, dan internet. Dalam hal ini, saya ingin mengingatkan Sahabat UKM agar tetap mancatat dan menghitung biaya-biaya tersebut, meskipun lokasi klinik Sahabat UKM masih menyatu dengan tempat tinggal.

Baca Juga: Kreatif Merancang Nilai Keunggulan (Value Proposition) untuk Bertahan

Secara umum, dokter memiliki rasa sosial yang tinggi. Sehingga, jika ada teman atau saudara yang datang sebagai pasien, tidak jarang dokter memberikan kebijakan probono alias gratis untuk orang-orang terdekatnya tersebut. Tidak ada yang salah dengan hal ini, namun hal ini harus dicatat.

Terkait dengan emergency fund, hal ini biasa terjadi misal ketika Sahabat UKM yang menjadi dentalpreneur menemukan ada alat yang tiba-tiba rusak di kliniknya. Butuh segera kita beli alat penggantinya. Inilah pentingnya kita memiliki dana darurat Sahabat UKM. Setelah dana ini kita keluarkan, jangan lupa dicatat kembali yaa.

3. Machine

Penggunaan mesin dalam operasional usaha kita sehari-hari tentu akan memberikan kemudahan, tidak terkecuali bagi seorang dentalpreneur. Yang perlu Sahabat UKM utamakan ketika menjadi seorang dentalpreneur adalah gunakan mesin yang ergonomis.

Selain itu, jangan lupa bahwa setiap mesin memiliki usia ekonomis dan biaya perawatan, sehingga hal ini juga bersinggungan dengan money yaitu biaya depresiasi dan maintenance fee.

4. Material

Bahan material yang digunakan dalam industri kesehatan gigi dan mulut sangat banyak. Dalam hal ini, Sahabat UKM harus tau spesifikasi bahan apa yang dibutuhkan dan kelengkapannya. Tidak jarang, bahan yang dibutuhkan oleh dokter gigi seperti bahan tambal dengan warna dan jenis tertentu ternyata sedang habis stocknya.

Sehingga sang dokter menggunakan warna lain yang sedikit berbeda, dan alhasil warna tembalannya pun berbeda dengan gigi aslinya. Hal ini mengapa bisa terjadi? Biasanya karena pencatatan inventori dan stock opname nya kurang baik. Selain itu, masa kadaluarsa setiap bahan juga harus dicatat.

Baca Juga: Design Thinking Bagi UKM dalam Inovasi

5. Method

Dalam sebuah operasional bisnis, tentu diperlukan metode-metode kerja, karena tata cara kerja yang baik juga tentunya akan memberikan kelancaran pada bisnis kita. Terkait dengan dentalpreneur, metode-metode disini berhubungan dengan aspek etis dan legal. Serta yang tidak kalah pentingnya adalah formalisasi terkait SOP yang ditetapkan karena industri yang kita masuk termasuk dalam kategori jasa.

6. Market

Memasarkan sebuah produk terlebih dalam hal ini jasa, tentu harus kita rencanakan dengan matang. Dalam hal ini, seorang dentalpreneur perlu melakukan tes pasar terlebih dahulu. Eiits, Sahabat UKM jangan langsung antipati ya mendengar kata tes pasar.

Ini tidak serumit yang kita bayangkan kok. Salah satu cara yang paling sederhana yang dapat Sahabat UKM lakukan untuk melakukan tes pasar adalah dengan mengoptimalkan penggunaan Google Maps.

Sahabat UKM bisa mengetahui siapa saja kompetitor-kompetitor yang berada dalam radius misal 10 km dari lokasi kita. Selain itu, seperti yang kita tahu, salah satu fitur yang terdapat dalam Google Maps adalah Review. Sahabat UKM dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan kompetitor-kompetitor tersebut dengan membaca review-review yang ada.

Jika informasi yang terdapat dalam review dirasa kurang, Sahabat UKM bisa menggunakan fitur lainnya, seperti website dan telepon. Jika competitor tersebut sudah memiliki website, Sahabat UKM dapat melakukan penelurusan dan analisis melalui informasi-informasi yang mereka cantumkan disana. Jika dirasa juga masih kurang, Sahabat UKM bisa juga langsung menelpon dan datang langsung ke kompetitor tersebut dan menjadi mystery shopper.

7. Information

Informasi yang sangat erat kaitannya dengan dentalpreneur adalah rekam medis. Dalam hal ini, Sahabat UKM harus memiliki sistem informasi yang baik agar segala operasional usaha kita dapat berjalan dengan lancar, terdokumentasi dengan baik, dan mudah dianalisis datanya.

Baca Juga: Tips Memilih Mitra Ahli Untuk Melakukan Inovasi

Bagaimana Sahabat UKM, sudah siap untuk terjun sebagai dentalpreneur di Indonesia? Siapkan konsep 6M + I dengan baik dan matang terlebih dahulu ya sebelum terjun menjadi seorang dentalpreneur. Semoga kelak tumbuh dentalpreneur-dentalpreneur handal di Indonesia.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

  1. Instagram @vita.nurvitasari (2020)
  2. Youtube Info FKG Unpad (2020)
  3. Dental economics (2015)
  4. Harvard Business Review (2017)