Mengenal Design Thinking - Sahabat Wirausaha, kita selalu mencari cara untuk meningkatkan solusi kreatif dan tetap unggul dalam persaingan. Salah satu pendekatan yang semakin populer di dunia bisnis adalah design thinking. 

Metode ini sangat menekankan pada pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan keinginan pelanggan, serta menggunakan informasi tersebut untuk menciptakan produk dan layanan yang memenuhi kebutuhan dengan beberapa tahapan. 

Dalam artikel ini, pebisnis akan membahas pentingnya mengenal design thinking dalam manajemen usaha kecil dan bagaimana pendekatan ini dapat membantu kita untuk berkembang dan mencapai kesuksesan.


Apa itu Design Thinking?

Design Thinking adalah pola pikir dan pendekatan untuk memecahkan masalah serta berinovasi yang berpusat pada desain yang berfokus pada manusia. Design thinking berbeda dari proses inovasi dan ideasi lainnya karena berbasis pada solusi dan berorientasi pada pengguna, bukan berbasis masalah.

Ini berarti mengenal design thinking lebih berfokus pada menemukan cara untuk menyelesaikan masalah yang ada, bukan hanya menganalisis dan mendalami masalah itu sendiri. 

Misalnya, jika sebuah Warung mengalami penurunan penjualan, pendekatan design thinking akan mendorong pemilik Warung untuk fokus pada bagaimana meningkatkan pengalaman pelanggan di toko tersebut. 

Alih-alih hanya memikirkan masalah penurunan penjualan, mereka bisa mencari cara untuk membuat pelanggan merasa lebih nyaman dan puas, seperti dengan memperbaiki tata letak toko, menambahkan layanan pelanggan yang lebih baik, atau menawarkan promosi khusus. 

Jadi, daripada terus berkutat pada masalah, pendekatan ini mendorong pencarian solusi yang efektif relevan yang berpusat pada manusia dan spesifik pada pengguna. Ini tentang orang di balik masalah dan solusi, serta membutuhkan pertanyaan seperti:

‘Siapa yang akan menggunakan produk ini?’ 

‘Bagaimana solusi ini akan berdampak pada pengguna?’

Baca Juga: 7 Tips Meningkatkan Kreativitas untuk Pelaku UMKM Agar Dapat Terus Berinovasi


Prinsip Design Thinking

Sebagai seorang pebisnis, kita memiliki peran penting mengenal design thinking dalam membentuk produk dan pengalaman yang dipasarkan seperti:

1. Perspektif Human-Centric

Memahami kebutuhan, keinginan, dan perilaku pengguna untuk menciptakan produk dan layanan yang terhubung secara pribadi, meningkatkan loyalitas dan kepuasan.

2. Ambiguitas

Melihat ketidakpastian sebagai peluang eksplorasi untuk menemukan perspektif baru dan solusi inovatif, memaksimalkan potensi kreatif.

3. Re-design

Berfokus pada perbaikan berkelanjutan dengan iterasi (pengulangan) dan penyempurnaan ide secara konsisten, menghasilkan hasil yang lebih efektif dan berdampak.

4. Tangible

Menggunakan prototype dan visualisasi untuk menghidupkan ide, memudahkan kolaborasi, umpan balik, dan iterasi cepat untuk hasil yang lebih baik.


Lima Tahapan Design Thinking

Berdasarkan empat prinsip utama, pebisnis mengenal design thinking dipecah menjadi lima tahapan, diantaranya Empathise, Define, Ideate, Prototype, dan Test. Mari kita lihat lebih detail setiap tahapan tersebut.

Sumber: American Marketing Association

1. Emphatize

Sumber: margalingkarjakarta | Survey Pelanggan PT. Marga Lingkar Jakarta

Untuk menciptakan inovasi yang bermakna, pebisnis perlu memahami siapa pengguna kita dan peduli terhadap kehidupan mereka (apa yang pengguna lakukan, katakan, pikirkan, dan rasakan).’

Fase pertama adalah untuk memperjelas fokus dalam proses berpikir desain yang berpusat pada manusia. Memahami cara pengguna melakukan sesuatu dan alasannya, kebutuhan fisik dan emosional mereka, cara mereka memandang dunia, serta apa yang penting bagi mereka.

Dengan empati, pebisnis dapat menangkap makna mendalam dari pengalaman mereka, yang membantu menciptakan solusi inovatif. 

Empati memberi kita ‘mata baru’ untuk melihat hal-hal yang biasanya terlewatkan, dan percakapan langsung dengan orang-orang sering mengungkap wawasan yang tak terduga, yang menjadi dasar dari desain yang baik.

Beberapa aktivitas yang pebisnis perlu lakukan untuk membangun empati dengan observasi, interview, mengamati dan mendengarkan menggunakan alat proto personas, empathy map, customer journey, job to be done, dan buyer persona. 

Sumber: Scholar

Misalnya, riset peta pelanggan pelaku UMKM Kebab Durian Ucok yang membuat enam pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan pebisnis untuk mengetahui keinginan dan profil konsumen dengan lebih baik. 

Insight dari pelanggan diperoleh dari hasil interview dengan pelanggan Kebab Durian Ucok menggunakan peta empati pada gambar diatas.

Baca Juga: Cara Mengembangkan Inovasi pada Industri Manufaktur, Temuan pada UMKM Sektor Makanan, Minuman, dan Otomotif

2. Define

Setelah pernyataan masalah atau pertanyaan diperjelas—meskipun belum sepenuhnya final—langkah selanjutnya adalah tahap define

Pada tahap ini, merek usaha mendefinisikan tantangan yang kita hadapi, berdasarkan apa yang telah pebisnis pelajari tentang pengguna dan konteksnya berupa insight data yang telah dikumpulkan tadi.

Pebisnis harus menganalisis ‘empati dan define’ dengan baik sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya, karena hal ini akan mempengaruhi hasil akhir. Mode definisi sangat penting dalam proses desain karena menghasilkan sudut pandang (POV) kita: ekspresi eksplisit dari masalah yang kita coba selesaikan.

Beberapa aktivitas yang dapat membantu kita mendefinisikan diantaranya business model canvas, value proposition canvas, jobs to be done, journey map, service map, design sprint, dan card sorting.

Sumber: ResearchGate

Misalnya, terdapat tiga buah point of view (POV) yang telah diidentifikasikan. Pertama POV untuk pemilik UMKM makanan berkuah, kedua pov untuk pemilik UMKM minuman dingin, dan ketiga POV untuk pembeli makanan berkuah dan minuman dingin melalui aplikasi ojek online.

Baca Juga: Pasti Bisa! Ini Rahasia 8 Cara Membangun Usaha Tanpa Modal Uang

3. Ideate

Sumber: si2blue

Ini bukan tentang menemukan ide yang ‘benar’ tetapi tentang menghasilkan berbagai kemungkinan yang seluas-luasnya.

Pada tahap ideasi, kita berproses ‘mengembangkan’ konsep dan hasil yang luas menghasilkan ide untuk membangun prototype dan mengembangkan solusi inovatif untuk pengguna tujuan.

Ideasi adalah kesempatan merek usaha untuk menggabungkan pemahaman kita tentang ruang masalah dan orang yang pebisnis desain dengan imajinasi kita untuk menghasilkan konsep solusi. 

Terutama di awal proyek desain, ideasi berfokus pada menciptakan berbagai kemungkinan ide untuk dipilih, bukan hanya menemukan satu solusi terbaik. Penentuan solusi terbaik akan ditemukan nanti melalui pengujian dan umpan balik dari pengguna.

Berbagai bentuk ideasi digunakan untuk melampaui solusi yang jelas dan meningkatkan potensi inovasi set solusi, memanfaatkan perspektif dan kekuatan kolektif tim kita, dan mengungkap area eksplorasi yang tak terduga.

Berikut beberapa aktivitas alat yang dapat membantu pebisnis dalam bentuk ideasi diantaranya:

Value Matrix, Dot Voting, Go/No-Go Decisions, Planning Poker, Lightning Talk, How Might We, Affinity Mapping, analisis SWOT, mind mapping, brainwriting, rapid ideation, The Six Thinking Hats Theory, Starbusting, Round Robin, Stepladder, dan S.C.A.M.P.E.R.  

Pebisnis memanfaatkan sinergi kelompok untuk mencapai ide-ide baru dengan membangun ide orang lain. Menambahkan batasan, dikelilingi oleh materi yang menginspirasi, dan menerima kesalahpahaman memungkinkan kita mencapai lebih jauh daripada hanya memikirkan masalah.

Sebagai tim, tentukan tiga kriteria untuk memilih ide, seperti ‘yang paling memuaskan,’ ‘pilihan rasional,’ dan ‘yang paling tidak terduga’ (kita bisa memilih kriteria lain sesuai kebutuhan). 

Gunakan kriteria ini untuk memilih tiga ide terbaik dari hasil berdiskusi (brainstorming). Bawa dua atau tiga ide yang mendapatkan suara terbanyak ke tahap prototyping. Dengan cara ini, pebisnis menjaga potensi inovasi dengan mempertimbangkan beberapa ide, bukan hanya memilih satu ide yang disetujui oleh mayoritas tim.

Sumber: Journal

Misalnya, pebisnis merancang sistem produk UMKM dengan fitur-fitur yang ingin direalisasikan ditempel pada kertas notes. Beberapa fitur di atas digambarkan melalui Affinity Map yang dibagi menjadi tiga bagian: cara konsumen menemukan toko, informasi produk, dan bagian promosi serta diskon.

4. Prototype

Sumber: Product Manager

Prototype adalah pengembangan produk yang melibatkan pembuatan rancangan, sampel, atau model untuk menguji konsep atau proses kerja dari produk. Prototype bukanlah produk akhir yang akan dipasarkan, melainkan dibuat untuk tujuan ‘membuat, pengujian dan evaluasi.’

Di tahap ini, buatlah prototype resolusi rendah yang cepat dan murah dibuat (hanya memerlukan beberapa menit dan biaya rendah) namun dapat memberikan umpan balik berguna dari pengguna dan rekan kerja.

Sumber: uxdesign

Prototype bisa berupa apa saja yang dapat diintegrasikan oleh pengguna—seperti Story Map, Lightning Demos, Crazy 8's sketching, Storyboard, Sketch the Solution, Present, Vote & Decide.

Idealnya, kita memilih sesuatu yang dapat dialami langsung oleh pengguna. Meskipun mempresentasikan storyboard adalah hal yang baik, membiarkan pengguna berperan dalam lingkungan fisik yang pebisnis buat mungkin akan menghasilkan lebih banyak reaksi emosional dan tanggapan dari mereka.

Sebelum membuat prototype, penting untuk merencanakan apa yang ingin diuji dan bagaimana cara mengujinya disini kita belajar.

Jangan terlalu lama berfokus pada satu prototype, jika kita mulai terlalu terikat secara emosional, segera beralih ke prototype berikutnya. 

Identifikasi variabel yang sedang diuji dengan setiap prototype dan perhatikan juga wawasan tambahan yang mungkin muncul dari umpan balik pengguna. 

Pastikan untuk membangun prototype dengan mempertimbangkan tujuan pengujian dan perilaku yang diharapkan dari pengguna, sehingga pebisnis bisa mendapatkan umpan balik yang berarti.

Baca Juga: Cara Mendorong Kreativitas Dalam Berbisnis

5. Test

Sumber: bukalapak | Referensi lengkap di Buku Testing Business Ideas

Test adalah mengumpulkan umpan balik dari pengguna tentang prototype yang telah dibuat, dan mendapatkan kesempatan untuk lebih memahami orang yang pelaku usaha rancang. 

Pada tahap ini, pebisnis sudah memahami masalah dan prototype yang akan diuji. Pengujian tidak hanya menilai apakah pengguna menyukai solusi, tetapi juga menggali alasan di balik tanggapan mereka, serta memahami pengguna, masalah, dan solusi dengan lebih mendalam.

Idealnya, pengujian dilakukan dalam konteks kehidupan nyata pengguna. Jika pebisnis menguji objek fisik, mintalah pengguna untuk menggunakannya dalam rutinitas sehari-hari mereka. Hal ini sangat penting dalam mengenal design thinking untuk keberlangsungan bisnis Sahabat Wirausaha.

Untuk pengalaman, ciptakan skenario yang mencerminkan situasi nyata. Jika tidak memungkinkan menguji prototype dalam konteks nyata, buatlah skenario yang realistis dengan meminta pengguna menjalankan tugas atau peran tertentu. 

‘Tunjukkan, jangan jelaskan.’ Letakkan prototype di tangan pengguna – atau pengguna kita dalam sebuah pengalaman. Dan jangan jelaskan semuanya (sekarang). Biarkan penguji kita menginterpretasikan prototype tersebut. 

Amati bagaimana mereka menggunakan (dan menyalahgunakan!) apa yang telah kita berikan, dan bagaimana mereka menangani dan berinteraksi dengannya; kemudian dengarkan apa yang mereka katakan tentang itu, dan pertanyaan yang mereka ajukan.

Prinsip dasar dalam pengujian adalah buatlah prototype seolah-olah pebisnis yakin benar, tetapi uji seolah-olah kita tahu pebisnis ‘mungkin salah’—pengujian adalah kesempatan untuk ‘menyempurnakan solusi dan membuatnya lebih baik.’

Pengujian memberikan informasi penting untuk iterasi berikutnya dari prototype. Kadang-kadang, ini berarti kembali ke tahap awal dan memperbaiki konsep. Pengujian membantu pebisnis membangun empati dengan pengguna melalui observasi dan interaksi, seringkali menghasilkan wawasan yang tidak terduga.

Pengujian membantu menyempurnakan Point-of-View (POV) tidak hanya solusi yang perlu diperbaiki, tetapi juga cara pebisnis merumuskan masalah.

Sumber: telkom

Dalam mengenal design thinking, pada dasarnya bukan hanya tentang produk, teknologi, fitur, tetapi tentang pola pikir untuk memahami kebutuhan dengan berempati pada pengguna sehingga terciptanya produk. 

Lakukan dengan berulang kali melalui proses desain, serta dengan mencoba variasi dalam setiap langkah—misalnya, membuat beberapa prototype atau mencoba berbagai topik brainstorming dengan beberapa kelompok. 

Kembangkan proses yang sesuai dengan pebisnis. Yang paling penting, seiring dengan praktik inovasi, kita akan mengadopsi pola pikir seorang desainer yang memengaruhi cara kita bekerja, terlepas dari proses yang pelaku usaha gunakan.

Jika tulisan ini bermanfaat, silahkan di share ke rekan-rekan Sahabat Wirausaha. Follow juga Instagram @ukmindonesia.id untuk update terus informasi seputar UMKM. 

Referensi:

  1. https://online.hbs.edu/blog/post/what-is-design-thinking
  2. https://web.stanford.edu/~mshanks/MichaelShanks/files/509554.pdf
  3. https://careerfoundry.com/en/blog/ux-design/what-is-design-thinking-everything-you-need-to-know-to-get-started/
  4. https://www.tinkerlabs.in/blog/benefits-of-design-thinking/#:~:text=Design%20thinking%20benefits%20empowers%20teams,for%20groundbreaking%20ideas%20and%20solutions
  5. https://www.researchgate.net/publication/372085499_Penerapan_Design_Thinking_dalam_Menghasilkan_Usulan_Rancangan_Kemasan_Ramah_Lingkungan_untuk_UMKM_Makanan_dan_Minuman
  6. https://ukmindonesia.id/baca-deskripsi-posts/9-ide-brainstorming-untuk-meningkatkan-kreativitas-umkm
  7. https://ebooks.gramedia.com/id/buku/testing-business-ideas
  8. https://pdfs.semanticscholar.org/da46/0dcf6c4dd233d881544b7e7888f7bfb95040.pdf
  9. https://www.researchgate.net/publication/372085499_Penerapan_Design_Thinking_dalam_Menghasilkan_Usulan_Rancangan_Kemasan_Ramah_Lingkungan_untuk_UMKM_Makanan_dan_Minuman