Pernahkah sahabat UKM merasa bingung dalam mengidentifikasi jumlah aset usaha yang dimiliki? Masalah ini sebenarnya bisa diselesaikan dengan melakukan pencatatan keuangan. Salah satu manfaat yang sering dibicarakan dalam mencatat laporan keuangan adalah untuk membantu dalam melihat aset yang dimiliki. Fungsi itu merupakan sebuah fungsi penting dari neraca. Nah, untuk memahami lebih lanjut mengenai neraca, yuk sahabat UKM pelajari lebih lanjut.

Baca Juga : Pentingnya Pencatatan Keuangan bagi UMKM


Mengenal Definisi Neraca

Neraca merupakan salah satu laporan keuangan yang sangat penting dalam menjalankan bisnis, selain laporan laba rugi dan arus kas. Neraca memiliki fungsi yang sangat penting dalam membantu sahabat UKM mengidentifikasi aset yang dimiliki. Tidak hanya itu, neraca juga membantu sahabat UKM dalam mengidentifikasi, dari manakah aset tersebut didapatkan. Dengan melihat kedua hal tersebut, sahabat UKM dapat memutuskan kira-kira apa yang harus dilakukan saat ingin melakukan ekspansi.

Neraca sedikit berbeda dengan laporan arus kas dan laporan laba rugi. Pada laporan arus kas dan laba rugi, sahabat UKM akan melihat laporan keuangan yang bersifat akumulatif selama satu periode. Sebagai contoh laporan laba rugi sampai 31 Desember 2020. Keterangan tersebut berarti laporan laba rugi ini disusun untuk mencatat semua transaksi selama satu tahun dari 1 Januari hingga 31 Desember 2020. Sedangkan, neraca tidak bersifat akumulatif, tetapi hanya menangkap kondisi pada satu titik saja. Sebagai contoh neraca per 31 Desember 2020. Laporan ini berarti hanya menangkap kondisi kepemilikan aset, kewajiban dan ekuitas pada tanggal 31 Desember 2020. Laporan tersebut tidak menangkap berapakah jumlah aset yang diperjual belikan sebelum dan sesudahnya.

Baca Juga : Memahami Berbagai Jenis Aset Untuk Mulai Menyusun Langkah Diversifikasi Rasio

Secara umum, neraca disusun dengan menggunakan prinsip dasar dalam akuntansi dimana aset sama dengan kewajiban ditambah ekuitas. Aset di susun pada sebelah kiri neraca, sedangkan kewajiban dan ekuitas ada pada sisi kanan neraca. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, aset menggambarkan apa saja jenis aset usaha yang sahabat UKM. Sedangkan pada sisi kanan, kewajiban dan ekuitas menggambarkan dari manakah sumber biaya dalam mendapatkan aset-aset tersebut. Hal ini menjelaskan dasar persamaan sebelumnya, yang mengatakan bahwa jumlah aset harus sama dengan jumlah kewajiban ditambah dengan ekuitas. Secara tidak langsung, ini menunjukkan bahwa jumlah barang yang kita miliki harus sama dengan jumlah uang yang kita keluarkan untuk mendapatkannya.

Dalam melakukan analisa neraca di tulisan ini, kita akan berfokus pada tiga analisa, yaitu analisa modal kerja, analisa investasi dan analisa pembiayaan. Sebagai alat bantu, kita akan menggunakan contoh laporan dari Kebab Ibu Damar yang tertera sebagai berikut:

Baca Juga : Solusi Transaksi Digital Untuk Pengelolaan Keuangan Bisnis

Kebab Ibu Damar

Neraca

Per 31 Desember 2020

Aset

Kewajiban


Aset Lancar

Kewajiban Lancar


Kas

10,000,000

Hutang Dagang

12,000,000

Piutang Dagang

3,000,000

Hutang Fintech Jangka Pendek

3,000,000

Persediaan

5,000,000

Jumlah (1)

15,000,000

Jumlah (1)

18,000,000




Kewajiban Jangka Panjang


Aset Tetap

Pinjaman Bank

40,000,000

Tanah

50,000,000

Jumlah (2)


Gedung Kios

40,000,000



Akm Penyusutan Gedung

10,000,000

Ekuitas


Mesin

10,000,000

Modal Kepemilikan

30,000,000

Akm Penyusutan Mesin

2,000,000

Laba Ditahan

21,000,000

Jumlah (2)

88,000,000

Jumlah (3)

51,000,000




Total Aset (1) + (2)

106,000,000

Total Kewajiban + Eekuitas (1) +(2) + (3)

106,000,000


Menganalisis Modal Kerja

Bagian pertama dalam menganalisis neraca adalah menganalisis modal kerja. Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk kegiatan operasional. Dalam laporan laba rugi, sebagian dari pendapatan yang kita dapatkan akan disisihkan untuk menutupi harga pokok penjualan. Akan tetapi, biaya dari harga pokok penjualan sebenarnya telah keluar terlebih dahulu sebelum bisnis menghasilkan pendapatan. Di sinilah peran dari modal kerja dimana dia menutupi biaya harga pokok penjualan terlebih dahulu sebelum digantikan pada saat perusahaan mendapatkan penghasilan.

Baca Juga : Tips Memulai Bisnis dengan Modal Minim

Bentuk dari hasil pengolahan modal kerja dapat dilihat dari aset lancar, seperti kas, piutang usaha dan persediaan. Seperti yang kita tahu, kas adalah bahan utama dalam memenuhi kebutuhan produksi. Kas dapat digunakan untuk membeli bahan baku, membayar karyawan dan kebutuhan produksi lainnya. Piutang usaha adalah akun yang muncul setelah sahabat UKM melakukan penjualan. Piutang usaha pada akhirnya akan dikonversi menjadi kas dalam waktu singkat sehingga juga akan menjadi modal dalam menjalankan kegiatan operasional. Sedangkan persediaan adalah barang jadi atau bahan baku yang kemudian di simpan di gudang dan tentu saja dapat dijual untuk menghasilkan keuntungan.

Sedangkan apabila ingin mengetahui sumber pendanaan dari aktivitas operasional yang digunakan, maka sahabat UKM dapat melihat kewajiban lancar. Akun yang hampir selalu tersedia adalah akun utang dagang. Utang dagang didapatkan saat sahabat UKM membeli sebuah bahan baku tetapi tidak secara kas. Utang dagang membantu sahabat UKM untuk memiliki relaksasi likuiditas dimana kas yang dimiliki tidak harus keluar langsung saat pembelian. Selain itu, terdapat pula beberapa akun pembiayaan jangka pendek lain yang dapat dijadikan sebagai modal kerja.

Baca Juga: Tips Membaca Laporan Neraca Keuangan Bagi UKM

Dalam mengelola modal kerja, sahabat UKM harus mampu mengombinasikan dengan tepat antara aset lancar dan kewajiban lancar. Aset lancar yang terlalu banyak berarti bisnis tidak cukup produktif sehingga aset-aset tersebut tidak dapat digunakan dengan baik. Sebaliknya, kewajiban lancar yang terlalu banyak berarti bisnis tersebut memiliki tantangan masalah likuiditas. Masalah likuiditas adalah masalah dimana bisnis kesulitan memenuhi kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendeknya karena kekurangan aset lancar.

Dalam mengukur kondisi modal kerja, sahabat UKM dapat melakukan analisa likuiditas. Salah satu alat analisa yang bisa digunakan, adalah rasio cepat (quick ratio). Rasio cepat adalah rasio yang membandingkan antara kas dan piutang dengan kewajiban lancar. Secara formula, rasio tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

Quick ratio=Kas+Piutang UsahaKewajiban Lancar=10,000,000+3,000,00015,000,000=0.867

Berdasarkan perhitungan rasio cepat tersebut, sahabat UKM dapat melihat bahwa pada kasus Ibu Damar, untuk setiap 1 rupiah kewajiban lancar tersedia 0,867 rupiah kas dan piutang usaha. Angka ini mungkin menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup kas dan piutang untuk menutupi kewajiban lancar. Hanya saja yang perlu diperhatikan, setiap jenis usaha memiliki karakteristik likuiditasnya masing-masing sehingga terkadang sahabat UKM tidak bisa mengambil kesimpulan dari satu hasil perhitungan tersebut. Sahabat UKM perlu melihat usaha sejenis untuk membandingkan apakah rasio ini normal atau tidak.

Baca Juga: Apa itu Price Earning Ratio?

Menganalisis Investasi

Selain menganalisis, modal kerja, analisa yang bisa dilakukan adalah analisa investasi. Investasi di sini merujuk pada pembelian aset tetap yang dapat dilihat pada bagian bawah aset di neraca. Beberapa contoh dari investasi yang dapat dilakukan adalah pembelian tanah, bangunan, mesin dan aset tetap lainnya. Investasi juga dapat dilakukan melalui pembuatan aset tidak berwujud sebagai nama baik, paten dan hal-hal lainnya.

Salah satu akun perlu menjadi perhatian khusus dalam investasi adalah akumulasi penyusutan. Akumulasi penyusutan adalah akun yang menyesuaikan harga aset tetap. Seperti yang sahabat UKM tahu, harga barang-barang akan mengalami penyesuaian setiap tahunnya, sebutlah gedung, mesin dan lainnya. Seiring berjalannya waktu, kegunaan dari barang-barang tersebut akan berkurang karena sudah digunakan beberapa lama. Oleh karena itu, perlu ada penyesuaian harga berupa penyusutan. Dalam pencatatan keuangan, akun akumulasi penyusutan digunakan sebagai adjustment tersebut.

Baca Juga: Piutang Dagang

Dalam menganalisis investasi, alat analisa yang dapat digunakan adalah fixed asset turnover. Fixed turnover ratio adalah sebuah rasio yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa mampu investasi yang dilakukan menghasilkan penjualan. Hal ini tidak terlepas dari tujuan investasi sendiri yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan dengan total aset tetap. Apabila dalam kasus Ibu Damar diketahui penjualannya bernilai 150 juta rupiah, maka kita dapat menggunakan formula fixed asset turnover ratio dengan sebagai berikut:

Fixed Asset TurnoverRatio=PenjualanAset Tetap=150,000,00088,000,000=1.705

Dengan melihat rasio tersebut, sahabat UKM dapat melihat berapa rupiah penjualan yang bisa dihasilkan dari 1 rupiah aset tetap. Pada contoh kasus di atas, terlihat bahwa dari setiap 1 rupiah aset tetap, ia dapat menghasilkan 1,75 rupiah penjualan. Akan tetapi, sama seperti sebelumnya, sahabat UKM tidak bisa menilai hal ini baik atau tidak. Sahabat UKM perlu membandingkan rasio ini dengan usaha sejenis.

Baca Juga: Menggunakan Mobile Banking Dalam Pencatatan Keuangan


Menganalisis Pembiayaan

Bagian analisa terakhir dari analisa neraca adalah analisa pembiayaan. Analisa pembiayaan merupakan padanan dari analisa investasi. Investasi yang berada pada sisi aset menggambarkan bentuk dari aset yang kemudian diperlukan dalam melaksanakan kegiatan operasional. Sedangkan pada sisi pembiayaan, sahabat UKM akan melihat dari mana sumber pembiayaannya. Dikarenakan aset tetap biasanya memiliki nilai yang cukup besar dan manfaatnya mungkin baru terlihat setelah waktu yang cukup lama, maka pembiayaan biasanya akan menggunakan akun utang jangka panjang dan ekuitas. Kedua akun ini sesuai karena masa penunaian kewajibannya cukup panjang atau bahkan tidak menimbulkan kewajiban.

Baca Juga : Mengenal QRIS: Metode Pembayaran Digital Baru yang Bermanfaat Bagi UKM

Dalam melakukan analisa terhadap kedua akun tersebut, terdapat dua jenis analisa yang bisa dilakukan, yaitu analisa solvabilitas dan pasar. Analisa solvabilitas adalah analisa berkaitan dengan kemampuan bayar bisnis terhadap utang jangka panjangnya. Salah satu alat ukur analisa ini adalah rasio utang Jangka panjang. Rasio ini dapat dihitung dengan membandingkan utang jangka panjang dan ekuitas. Formula dari persamaan ini dapat ditulis dengan:

Long Term Debt Ratio=Utang Jangka PanjangModal=40,000,00051,000,000=0.784

Dengan melihat hasil perhitungan tersebut, sahabat UKM dapat melihat berapa banyak utang jangka panjang yang harus ditanggung dari modal yang dimiliki. Berdasarkan contoh di atas, rasio utang jangka panjang dari Ibu Darma adalah sebesar 0,784 dimana dari setiap 1 rupiah modal terdapat tanggungan sebesar 0,784 utang jangka panjang.

Selain analisa solvabilitas, terdapat pula analisa pasar. Analisa pasar di sini bukan berarti analisa pasar berkaitan dengan penjualan produk, tetapi justru analisa berkaitan dengan pasar keuangan. Pada analisa ini, sahabat UKM mencoba mengukur berapa kuat posisi perusahaan kita di pasar keuangan. Hal ini bisa dilakukan dengan membandingkan nilai ekuitas yang ada pada laporan neraca dengan yang ada di pasar saham. Akan tetapi, rasio ini mungkin belum cukup relevan untuk dibahas ketika sahabat UKM belum masuk ke pasar saham.

Nah, itu semua adalah beberapa analisa yang bisa sahabat UKM pelajari dari sebuah neraca. Jadi, tunggu apa lagi, yuk buat neraca dan lihat seberapa baik bisnis sahabat UKM.

Baca Juga : Neraca Keuangan (Balance Sheet)

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.