Tahun 2021 lalu, sebuah survei yang dilakukan oleh dua peneliti senior Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM mengungkapkan bahwa mayoritas UMKM tanah air menerapkan praktik bisnis ramah lingkungan. Padahal, sebesar 96% dari 1.073 subjek penelitian mereka saat itu mengaku tengah mengalami penurunan omzet. Survei ini merupakan salah satu bukti bahwa kebanyakan pemilik bisnis kecil dan menengah saat ini sudah memiliki kesadaran akan dampak usaha mereka terhadap lingkungan.

Beberapa tahun belakangan, mengelola bisnis yang eco-friendly memang menjadi tren populer di kalangan para pelaku UMKM. Mereka percaya bahwa praktik ini mampu memberi citra yang baik, membantu bisnis bertahan lama, dan mampu bersaing lebih baik. Maka tak mengherankan jika banyak UMKM kini mengusung konsep Bisnis Lestari. Nah, UKM apa saja yang sudah sukses membangun sustainable business dengan konsep Bisnis Lestari? Simak daftar lengkapnya berikut ini!

Baca Juga: Ragam Bentuk Pelestarian Lingkungan Untuk UMKM


Apa Itu Bisnis Lestari?

Secara umum, Bisnis Lestari bisa diartikan sebagai cara mengelola usaha yang memperhatikan aspek sosial dan lingkungan dalam prakteknya, sehingga mampu menjadi bisnis berkelanjutan alias sustainable business. Secara umum, saat ini terdapat tiga jenis praktik Bisnis Lestari, yaitu :

  • Bisnis Sirkular,yaitu bisnis yang memanfaatkan limbah usaha untuk membuat produk sendiri atau digunakan kembali dalam proses produksi. Misalnya, sebuah restoran yang menggunakan limbah sisa makanan menjadi pupuk sayuran.
  • Bisnis Inklusif, yaitu bisnis yang memberikan kesempatan pada siapa saja tanpa memandang faktor lain di luar kapabilitas mereka dalam bekerja. Melalui hal ini, bisnis tersebut memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki, perempuan, bahkan penyandang disabilitas.
  • Bisnis Tahan Banting, yaitu bisnis yang mampu bertahan dalam kondisi penuh risiko, seperti saat merebaknya wabah COVID-19 saat ini. Bisnis ini mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan.

Baca Juga: Mengintip Peluang Cuan Bisnis Lestari dengan Mengolah Sampah Ampas Kopi dan Teh


Lima UKM yang Sukses Menerapkan Konsep Bisnis Lestari

1. Arentim

Arentim merupakan sebuah UKM yang memproduksi produk olahan gula aren, seperti Gula Aren Serbuk dan Gula Aren Cair. Hasrul, pemilik brand ini, memulai Arentim sebagai sebuah misi sosial untuk membantu kesejahteraan petani aren dan kelestarian hutan di daerah asalnya.

Hingga beberapa tahun lalu, petani di Desa Matabondu hanya mengandalkan cara produksi aren tradisional berbentuk bulat. Produk ini kurang dapat bersaing dan tidak memberikan penghasilan cukup bagi mereka. Konsekuensinya, sebagian besar petani terpaksa membuka lebih banyak lahan di hutan untuk perkebunan komoditas lain.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Fitria Apriyani, Jadikan Hobi Sebagai Peluang Usaha

Hasrul berhasil mengubah cara berpikir mereka dan memperkenalkan metode produksi baru yang menghasilkan produk olahan aren yang lebih kompetitif di pasaran. Hasilnya tak bisa dianggap remeh. Kenaikan penjualan produk hingga daua kali lipat berdampak positif bagi kesejahteraan petani.

Mereka juga sudah mulai kembali menanami kebun mereka dengan pohon-pohon aren dan tidak lagi membuka lahan baru di pegunungan untuk tanaman lain. “Harapannya, 5 tahun ke depan, hutan yang tadinya gundul bisa kembali lestari karena dipenuhi pohon aren yang notabene berfungsi sebagai tanaman konservasi hutan,” papar Hasrul.

2. KAUSA Indonesia

Di bulan Agustus tahun 2020, KAUSA Indonesia lahir sebagai brand aksesoris fashion dan lifestyle yang menggabungkan kebudayaan Indonesia, bahan olahan daur ulang dan pola pikir berkelanjutan. Sustainable mindset, menurut Debrina Emily selaku founder, berperan penting dalam tujuan memulihkan bumi Indonesia. “Saya bersama tim KAUSA memiliki motivasi untuk menghasilkan karya yang tidak hanya modis, tapi juga aktif berkontribusi dalam menaikkan angka produk daur ulang,” paparnya.

Baca Juga: Mempersiapkan Ekspansi Bisnis Melalui Franchise Ala Fish Streat

Sebagai brand yang mengusung konsep recycle, awalnya Debrina dan timnya harus berjuang keras melawan arus fast fashion dan modernisasi. Rendahnya kesadaran masyarakat akan produk dan gaya hidup sustainable juga menambah pekerjaan rumah mereka. Meski begitu, seiring berjalannya waktu, KAUSA mampu bertahan dengan konsisten menghasilkan produk ramah lingkungan dengan desain minimalis.

Untuk memperoleh bahan baku produk, KAUSA bekerja sama dengan berbagai Bank Sampah yang tersebar di seluruh Indonesia, seprti Bank Sampah Meranti dan Bank Sampah Digital yang berlokasi di Jakarta dan Tangerang.

Sejauh ini, bahan utama dari sebagian besar produk tas dan akseoris adalah material plastik bekas, yang didaur menjadi material yang serupa dengan tas kulit. Sementara untuk produk tenun dan batik, mereka menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan.

3. Djampi Sayah

Djampi Sayah mulai beroperasi secara offline di tahun 2019, dan mulai memasuki pasar online di tahun 2020. Brand ini muncul dengan konsep menarik, yaitu produk jamu yang dikemas dalam botol kaca reusable dan dibungkus menggunakan totebag berbahan eco-friendly. Mereka juga menjamin bahwa produk-produknya murni diproduksi secara organik dan bebas dari bahan pengawet maupun pewarna buatan.

Baca Juga: M.A.R.S. Genuine Leather: Usaha dengan Modal Rp 0, Bisa!

Tak hanya itu, UKM tersebut juga menerapkan Return Bottle System, alias Sistem Pengembalian Botol di mana botol kaca jamu dapat dikembalikan dan digunakan kembali oleh tim produksi, seperti halnya sistem tukar galon. Tentunya, botol-botol ini akan dicuci bersih dan melalui proses sterilisasi menggunakan sinar Ultraviolet sebelum digunakan kembali, sehingga aman dari virus dan bakteri penyebab penyakit.

Menurut Tri Wulandari selaku founder Djampi Sayah, konsep ini diadopsinya agar Djampi Sayah menjadi bisnis yang bisa turut berpartisipasi dalam mengurangi sampah plastik untuk lingkungan sekitar. Limbah bekas jamu pun mereka jadikan sebagai pupuk tanaman agar langsung berguna untuk kelestarian alam. “Sebab dalam berbisnis, kita diharapkan tidak hanya mencari cuan semata, namun juga tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar,” ujarnya mantap.

4. Joglo Ayu Tenan

Joglo Ayu Tenan, sebuah ruang kreatif besutan Rahayu Dwiastuti, adalah salah satu yang menaungi produksi berbagai produk senidi Yogyakarta. Sebagai rasa syukur terhadap kelestarian alam, Joglo Ayu Tenan mengadopsi konsep sustainable dengan menggunakan material ramah lingkungan sebagai bahan utama produk-produknya. Tak hanya bahan baku, metode pembuatannya pun diorganisir sedemikian rupa agar tak turut mencederai alam.

Baca Juga: Kesuksesan Ekspor Hitara Black Garlic Menciptakan Nilai Keunggulan Produk Bawang

Lihat saja produk Seri Gudeg gubahan para pengrajinnya. Seri yang terdiri atas set gelang, kalung, dan anting-anting ini lahir sebagai penghargaan terhadap kuliner khas Yogyakarta bernama sama. Sejalan dengan konsep sustainable, produk ini dibuat dari bahan sisa berupa bagian terluar kepompong ulat sutera. Uniknya, jika ditetesi dengan minyak esensial, perhiasan Seri Gudeg akan mengeluarkan aroma wewangian yang khas.

Lain lagi dengan Seri Sea yang terinspirasi dari kekayaan biota samudera Nusantara, mereka menggunakan bahan dasar cangkang kerang acu dan koral mati. Kedua bahan ini banyak tersebar di pantai-pantai Gunung Kidul, Pacitan, Jawa Barat, hingga Nusa Tenggara Barat.

Menggandeng komunitas para difabel di di Yogyakarta, Rahayu sukses mengembangkan jangkauan pasar bisnisnya hingga menembus pasar mancanegara. Namun, bukan berarti perjalanan Yayuk selalu mulus tanpa hambatan. Berbagai tantangan pernah dihadapinya, termasuk dalam mengajak para konsumen percaya pada konsep produk sustainable.

Baca Juga: Kesuksesan Ekspor Hitara Black Garlic Menciptakan Nilai Keunggulan Produk Bawang

Tapi semua ini diganjar hal-hal baik. Lewat kegigihannya, Joglo Ayu Tenan menjadi salah satu ruang kolaboratif paling produktif di kotanya. Mereka juga tercatat telah menyabet beberapa penghargaan seperti Femina Editor’s Choice Award 2012, Best Winner pada Inacraft 2017, dan Best of The Best Productpada 2018 Short Term Award for Bussiness Readiness in Jewelry Design. Yang paling anyar, mereka juga menyabet penghargaan Good Design Indonesia Product 2020.

5. IQLEEM

Bahan pewarna alami dan kain yang eco-friendly menjadi dua hal yang diyakini bisa menyelamatkan bumi dari industri fast fashion yang boros dan kaya limbah. Di Indonesia, kesadaran akan pentingnya mengadopsi gaya berpakaian yang sustain pun mulai tumbuh.

Salah satu UKM yang mengusung tema ini adalah IQLEEM, sebuah brand pakaian muslim wanita dari Pekalongan. Menjunjung tinggi komitmen terhadap konsep hidup berkelanjutan, bisnis kecil ini mampu bekerja sama dengan berbagai brand besar hanya dalam waktu tiga tahun.

Baca Juga: Inovasi dari Rendang Kemasan Hingga Padang Rice Bowl

Brand besutan Iklimah ini fokus memproduksi pakaian wanita dengan ciri khas klasik elegan dan konsep fesyen berkelanjutan. Mereka kerap mengangkat isu-isu lingkungan dan global warming, melalui produk-produk yang bahan dasarnya eco friendly.

Tak hanya itu, proses recycle dan upcycle turut mereka pilih dalam proses produksi guna meminimalkan limbah kain yang dihasilkan. “Jadi kita mau total, dari mulai pemilihan bahan baku seperti katun, rayon, sutra, linen, tenum, dan bahan baku pendukungnya menggunakan bahan-bahan sisa, seperti kayu dan tempurung kelapa,” pungkas Iklimah.

Nah, itu dia lima bisnis yang sukses menerapkan konsep Bisnis Lestari dalam membangun sustainable business. Kesuksesan mereka menjadi bukti nyata bahwa sebuah bisnis bisa maju tanpa mengabaikan kondisi sosial dan lingkungan di sekitarnya. Yuk, jangan ragu untuk bertransformasi menjadi Bisnis Lestari!

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.

Referensi:

Wawancara langsung dengan Debrina Emily (founder KAUSA Indonesia), Hasrul (founder Arentim), Tri Wulandari (founder Djampi Sayah), Iklimah (founder IQLEEM), dan Rahayu Dwiastuti (founder Joglo Ayu Tenan).

HYPERLINK https://katadata.co.id/ariemega/infografik/6009429fa8fdd/upaya-umkm-dorong-bisnis-ramah-lingkungan-di-tengah-pandemi