Sebagai pebisnis, berapa besarnya ukuran usaha kita tentu tidak luput dari dinamika yang terjadi pada kondisi perekonomian secara makro, sebagai wahana atau lingkungan tempat kita melakukan kegiatan bisnis.

Sebagai contoh, saat ini perekonomian kita tengah menghadapi terjangan badai bernama pandemi COVID-19. Tentunya bukan hanya karena anjuran berdiam diri dirumah untuk physical distancing saja, tapi perhatian banyak orang juga berpindah dari memiliki rutinitas kehidupan sehari hari menjadi hidup tanpa kepastian.

Baca Juga: PolicyLab COVID-19 VS UMKM: Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi

Banyak urusan biasa yang tidak bisa dilakukan lagi; kantor diliburkan, demikian sekolah dan banyak bisnis ditutup untuk menghindari penyebaran infeksi COVID-19. Akibat kantor dan sekolah tutup, kantin-kantin di sekelilingnya pun jadi harus ikut berhenti beroperasi karena kehilangan konsumen/pasar utamanya.

OK, kita tidak bahas lagi soal apa yang terjadi, mari kita berpikir untuk terus bertahan dan bila mampu terus berkembang dalam situasi sulit ini.

Mari kita kreatif, kita bisa berputar-putar cari solusi, jangan berhenti. Maksudnya?

Mungkin sekarang kita berpikir, “Wah, yang benar saja, mana mungkin tidak berhenti dulu, kan pembeli juga tidak ada sekarang, masa kita biarkan biaya operasional yang tidak sedikit itu terus menggerogoti cash flow?”.

Tentu saja sebagai pebisnis bisa berhenti sejenak. Namun, kita berhenti dalam rangka mempelajari situasi agar kita tahu timing yang tepat untuk kembali melaju, dan dengan cara apa. Kondisi Pandemi ini, datangnya memang tidak terduga, dan sulit diduga pula kapan fenomena wabah ini akan terus berlangsung.

Baca Juga: Perspektif Gender Dari Hasil Survei Pedagang Online Selama Pandemi COVID-19

Lalu, apabila kita melihat kepada bisnis kita tentunya banyak hal yang harus segera kita kelola lebih dari biasanya. Entah, bagaimanakah kondisi supply chain atau rantai pasok kita dalam 3 bulan kedepan? Apakah konsumen teralihkan prioritasnya, dan produk kita bukan lagi menjadi prioritas mereka? Apakah gejolak nilai tukar rupiah juga berdampak pada harga bahan baku kita, sehingga memberi ketidakpastian dan membuat kita bingung menentukan harga ke konsumen?

Yang terjadi saat ini adalah situasi Bear Markets dimana valuasi bisnis secara umum terjun bebas. Untuk bertahan, kita tidak mungkin bisa terlalu lama untuk berhenti bergerak. Kita mulai harus menyesuaikan diri kita dan bisnis kita dalam situasi tidak normal ini. Iya, kita harus segera berputar.

Mari kita putar akal dan tinjau kembali apa saja yang sudah kita capai dan kita lakukan dengan bisnis kita sejauh ini. Dimulai dari mana? Tentunya kita mulai dengan langkah awal mengecek positioning (posisi produk kita dalam persaingan pasar).

Baca Juga: Analisis Peta Persaingan

Apakah daya tawar kita ke pasar masih relevan saat ini? Dilanjutkan dengan mari kita tinjau nilai keunggulan kita, apakah masih relevan dengan apa yang terjadi saat ini? Relevan disini maksudnya adalah, apakah nilai keunggulan produk atau jasa kita itu “masih sesuai” dan “masih dinilai unggul” oleh konsumen atau pasar di zaman sekarang ini?


Apa Itu Nilai Keunggulan (Value Proposition)?

Nilai Keunggulan yang ditawarkan kepada konsumen, banyak yang menyebutnya dengan istilah Value Proposition (VP), adalah bentuk-bentuk manfaat (nilai) yang dapat menjadi alasan mengapa seorang konsumen mau membeli suatu produk.

Nilai keunggulan yang lebih baik adalah yang unik, sehingga bisa membedakan produk atau jasa kita dari para pesaing lainnya, hal ini menjadikan kita spesial. Tanpa suatu nilai keunggulan, maka bisnis sahabat UKM ada dalam suatu bahaya, karena bisa tenggelam di tengah-tengah lautan persaingan bisnis yang ketat di masa ini.

Baca Juga: Tips Menentukan Keunggulan Kompetitif Suatu Produk Melalui Metode Validasi

Seperti teman-teman pengusaha mungkin sudah ketahui, ada sekitar 8 elemen yang bisa kembangkan untuk kita bisa menjadi nilai keunggulan kita, antara lain:

1. Desain

Karakter ini contohnya adalah Fashion, dimana Desain menjadi pembeda utamanya. Sekarang dimana kita ketahui harga masker standar rata-rata di sekitar Rp 5,000; dengan desain yang menarik dan mungkin lucu, masih cukup banyak yang rela mengeluarkan uang Rp 35,000 bahkan lebih lho untuk masker! Karena apa? karena mereka suka sama desainnya!

2. Bahan Baku

Ini bisa dicontohkan dengan produk khas suatu daerah dimana keunikan bahan baku menjadi faktor pembedanya contohnya adalah Manisan Carica di Wonosobo, Bubuk Kopi Malabar dari Kaki Gunung Malabar, dll.

3. Fitur

Faktor pembeda dari sisi fitur ini misalnya ada industri otomotif, teknologi, bahkan juga fashion lho, dimana suatu fitur bisa menjadi pembeda utama. Contohnya: mobil dengan jenis mesin yang sumber energinya dengan sistem baterai listrik, Handphone dengan fitur kamera Selfie yang sama bagusnya dengan kamera belakang, atau tas dengan banyak kantong-kantong penyimpanan yang memudahkan kita menata barang dengan rapi.

Baca Juga: Tips Desain Kemasan untuk Menonjolkan Keunggulan Produk dan Citra Brand

4. Proses

Keunggulan dari sisi proses bisa juga dimiliki oleh produk produk dengan teknologi atau cara produksi tertentu, misalnya batik dengan tulisan tangan berharga lebih tinggi daripada batik yang dicetak; batik yang dibuat oleh pengrajin disabilitas; batik yang hanya menggunakan pewarna alami sehingga ramah lingkungan; sayur-sayuran yang ditanam dengan metode hidroponik, dll.

5. Sistem

Layanan Gojek/Grab adalah layanan berbasis sistem. Dengan nilai keunggulan pada sistem maka mereka membuat kompetisi menjadi semakin tersegmen. Kemudahan dan kenyamanan untuk menggunakan sistem Aplikasinya adalah Value Proposition dibandingkan penyedia jasa sejenis.

6. Distribusi

Misalnya, produk Consumer Goods yang didistribusikan oleh Unilever, Wings, dan perusahaan besar lainnya, mereka memastikan jalur distribusi yang sangat kuat agar bisa berada dimana-mana, mudah dilihat dan dijangkau oleh konsumen.

Strategi keunggulan yang sama dilakukan juga oleh beberapa bank yang secara agresif menyediakan mesin ATM-nya agar berada dimana-mana, mereka menghitung agar mesin ATMnya tersedia di setiap radius wilayah tertentu.

Baca Juga: Menciptakan Keunggulan Unik Produk dan Menceritakannya

7. Layanan

Misalnya, ada toko kue online yang buka 24 jam, dimana admin selalu merespon cepat walaupun dihubungi jam 2 pagi. Beberapa produk elektronik juga mengedepankan nilai keunggulan pasca-jual seperti ketersediaan service center, kemudahan untuk klaim garansi, dan lain-lain.

Contoh lainnya, ada keluarga kita yang mau membeli mesin cuci atau AC, mungkin kita pernah mendengar rekomendasi seperti ini, “beli merek ini saja, garansinya 10 tahun; atau, beli merek itu saja, kalau kenapa-kenapa teknisi service centernya bisa datang ke rumah, dll”. Ini adalah contoh-contoh menciptakan nilai keunggulan dari sisi layanan.

8. Harga yang Murah

Ada juga yang menggunakan kemurahan harga sebagai nilai keunggulan utamanya dalam menarik konsumen dan menghasilkan penjualan. Contohnya adalah toko-toko grosir, atau agen toko kelontong yang memasang janji “pasti paling murah”, dan sejenisnya.

Demikian beberapa contoh untuk memberikan gambaran bagaimana suatu produk atau jasa dapat memiliki nilai keunggulan yang ditawarkan kepada konsumen (value proposition) sehingga dapat berbeda dengan pesaingnya.


Memetakan Nilai Keunggulan (Value Proposition) dalam Bisnis

Untuk memetakan, coba kita uji, dengan mempertanyakan kembali beberapa hal berikut ini:

Baca Juga: Cara Mempromosikan Nilai Sosial Bisnis ke Konsumen

  1. Apa yang paling dibutuhkan konsumen kita saat ini? Apakah produk atau solusi yang kita tawarkan masih relevan? Misalnya untuk café yang mengandalkan kenyamanan tempat bisa berubah menjadi layanan antar sementara.
  2. Apakah strategi penetapan harga masih kompetitif dalam situasi ini? Misalnya kita memainkan peran eksklusivitas pada produk kita sebagai penunjang keunggulan, maka di masa pandemi kita bisa beradaptasi dengan membuat produk produk yang lebih terjangkau.
  3. Apakah nilai keunggulan kita masih dibutuhkan oleh konsumen kita saat ini? Misalnya pada industri travel ini tentunya menjadi tantangan yang nyata untuk bisa tetap bertahan, mungkin dengan melakukan pre order dengan jangka waktu penggunaan yang panjang.
  4. Bagaimana kita bisa terus berproduksi di tengah-tengah ketidakpastian ini? Apabila ada kendala dari proses pengadaan barang, bisa ditinjau kembali untuk membuat alternatif bahan bakunya.
  5. Bagaimana kita bisa mendistribusikan produk kita, bila toko toko retail tidak beroperasi? Misalnya distribusi yang unggul, namun dengan kondisi banyak mall tutup tentunya penyesuaian cara mendistribusikan produk menjadi penting untuk dilakukan, misalnya dengan membuka jalur distribusi online yang masif.ai keunggulan ini adalah nadi kita dalam memetakan akses komunikasi, distribusi, branding dan operasional kita ke konsumen, oleh sebab itu dengan kesadaran penuh kita perlu mawas diri untuk selalu menjaga hal ini tetap relevan dengan konsumen kita dan market kita.

Tentunya nilai keunggulan ini adalah nadi kita dalam memetakan akses komunikasi, distribusi, branding dan operasional kita ke konsumen, oleh sebab itu dengan kesadaran penuh kita perlu mawas diri untuk selalu menjaga hal ini tetap relevan dengan konsumen kita dan pasar kita.

Baca Juga: Cara Menghitung Nilai Perusahaan Untuk Negosiasi Penanaman Modal Ekuitas/Saham

Tetap dalam kondisi apapun kita bisa menemukan hikmah, dan “kabar baik” untuk kita yang usahanya mikro dan kecil, kita lebih sederhana tahapannya dalam melakukan adaptasi. Contohnya:

  1. Untuk usaha-usaha yang memiliki nilai keunggulan di sisi bahan baku, tapi bahan bakunya didapatkan dari impor maka situasi dimana melakukan impor tidak menjadi semudah biasanya mesti mulai memikirkan mitigasi untuk masalah ini disamping nilai tukar yang tidak stabil. Misalnya, melakukan alternatif penggunaan bahan baku lokal atau menciptakan inovasi baru dengan alternatif bahan baku lokal
  2. Bisa juga nilai keunggulan dari sisi pelayanan, seperti bisnis hospitality saat ini orang cenderung diam dirumah tidak melakukan perjalanan perlu segera mengaktivasi aset-aset lainnya untuk survival. Misalnya dari restoran menjadi layanan delivery yang digencarkan.
  3. Untuk nilai keunggulan industri fashion banyak berbondong untuk melakukan produksi APD dan masker yang banyak sekali dibutuhkan oleh instansi penyedia jasa kesehatan dan masyarakat luas.

Belajar dari GoodVibes Botanical

Contoh yang terjadi pada Brand yang kami rawat, GoodVibes Botanical, berada di industri Consumer Goods dengan market kategori personal care dan sub-kategori wellness, tentunya demand atau permintaan pasar masih ada di segmen pasar yang kita tuju.

Namun dengan nilai keunggulan Niche Market (segmen pasar spesifik), kita menyesuaikan cara-cara kita berkomunikasi di social media, branding campaign dan marketing feeds yang efektif bisa menghasilkan output yang baik dan berbanding lurus dengan peningkatan penjualan.

Namun tantangan muncul di soal yang lain, yaitu supply chains; keberlanjutan pasokan packaging (kemasan) dan raw material (bahan baku) yang terkena dampak langsung disaat seperti ini. Tantangan selanjutnya adalah kita harus sekuat tenaga melakukan upaya upaya untuk mendistribusikan produk dengan lebih kreatif, dengan ditutupnya toko toko retail. Maka kami alihkan biaya marketing ke online platform dan mengembangkan produk produk baru yang berbasis bahan baku lokal.

Baca Juga: Kesuksesan Ekspor Hitara Black Garlic Menciptakan Nilai Keunggulan Produk Bawang

Tentunya tantangan muncul di satu sisi dan lainnya, namun sisi positif dari melambatnya denyut perputaran bisnis pun kami gunakan untuk memperbaiki proses proses yang sudah berlangsung, seperti; meningkatkan user experience dari pembeli online dengan melakukan perbaikan dari box untuk pengiriman, alternatif pengaman paket non plastic serta menambahkan touch point ke konsumen, selain itu kami juga membangun platform e-commerce yang terintegrasi dengan Point of Sales (POS) dan Consumer Relationship Management (CRM) tools yang sudah lama terbengkalai progress-nya karena tidak sempat, dan lain sebagainya.

Mungkin saja dengan mengkaji ulang rencana rencana kita, dan pemetaan yang baik terhadap nilai keunggulan kita bisa melihat bagaimana bisnis yang beroperasi saat ini mampu beradaptasi dengan tantangan tantangan yang tidak pernah kita bayangkan ada beberapa minggu yang lalu.

Apabila kita melihat kepada sejarah resesi yang pernah terjadi; banyak kesempatan justru baru hadir. Dimana terdapat masalah, maka disitulah terdapat potensi solusi.

Apakah pernah terpikir bahwa mungkin saja situasi yang tidak normal ini justru melahirkan kesempatan kesempatan baru yang tidak pernah terbayang sebelumnya? Atau sebenarnya potensi market kita jauh melampaui apa yang telah kita ketahui dan kelola.

Mari kita sejenak berfikir secara mendalam tentang apa saja yang masih bisa kita upayakan untuk bisa bertahan atau justru berkembang di situasi ini. Mari kita berputar dan tidak berhenti dengan merancang nilai keunggulan kita masing-masing.

Jika merasa artikel ini bermanfaat, yuk bantu sebarkan ke teman-teman Anda. Jangan lupa untuk like, share, dan berikan komentar pada artikel ini ya Sahabat Wirausaha.