Gambar diambil dari pixbay.com

Ketika Sahabat Wirausaha masih bimbang untuk menanamkan modal pada suatu usaha karena belum yakin dengan kelayakannya kami sarankan untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang gearing ratio. Rasio ini begitu penting karena ketika gearing tinggi, maka investasinya pun menjadi amat sangat beresiko. Begitu juga sebaliknya, ketika gearing ratio rendah, usaha tersebut memiliki resiko yang relatif kecil.

Gearing ratio juga dapat digunakan sebagai alat pembanding untuk mengetahui kinerja satu perusahaan versus perusahaan lain dalam industri yang sama. Tak hanya itu, gearing ratio juga bisa digunakan ketika Sahabat Wirausaha berperan sebagai pemberi pinjaman. Tujuannya untuk memutuskan apakah kredit yang diberikan layak atau tidak. Pada artikel kali ini kita akan membahas semua itu.


Apa Itu Gearing Ratio?

Gearing ratio merupakan gambaran seberapa banyak operasional perusahaan yang dananya bersumber dari utang versus pendanaan yang diberikan oleh para pemegang saham (ekuitas). Dapat diartikan juga gearing sebagai sebuah gambaran sejauh mana operasional usaha yang bergantung pada utang dan ekuitas. Ketika kita sudah mengetahui hal ini, diharapkan dapat membantu Sahabat Wirausaha dalam membuat keputusan berniaga yang lebih baik lagi.

Baca Juga: Apa itu Ekuitas?


Menghitung Gearing Ratio

Ragam cara digunakan untuk menghitung gearing. Namun yang paling simple adalah dengan menggunakan ukuran hutang terhadap ekuitas usaha. Bahasa mudahnya, utang usaha dibagi dengan ekuitas. Atau rasio hutang terhadap ekuitas sama dengan total hutang total ekuitas. Rasio utang terhadap ekuitas juga dapat diubah menjadi persentase dengan mengalikan pecahan dengan 100.

Baca Juga: Pengertian Modal Ventura

Rumus menghitung gearing:

Persentase Hutang Terhadap Ekuitas/Total Hutang Total Ekuitas x 100%

Contoh:

Usaha Ibu Mutia memiliki total utang Rp500 ribu dan total ekuitas Rp800 ribu. Penyelesaiannya: rasio utang terhadap ekuitas usaha Ibu Mutia dihitung dengan mengambil total hutang dibagi dengan total ekuitas, kemudian rasio dikalikan dengan 100 agar rasio menjadi persentase.

500.000 / 800.000 × 100 = 62,5% rasio utang terhadap ekuitas.

Baca Juga: Seluk Beluk Persiapan untuk Mengundang Investor Ekuitas (Online dan Offline)


Cara Membaca Gearing Ratio

Untuk gearing ratio yang melebihi 50% (tinggi) dapat diartikan bahwa keberadaan suatu usaha sudah selayaknya mendapatkan perbaikan dan perhatian. Alasannya jika terus-terusan dibiarkan, usaha diperkirakan mengalami ketidakstabilan keuangan karena utang akan semakin meningkatkan. Bahkan ketika pendapat sama dengan nol, mau tidak mau, suka atau tidak suka utang juga harus tetap dibayar. Namun kembali lagi pada industri tempat usaha itu beroperasi.

Baca Juga: Cara Menghitung Ekuitas

Tidak baik juga langsung melihat tingginya risiko keuangan dari gearing ratio karena Sahabat Wirausaha masih bisa membandingkannya dengan kompetitor lain. Termasuk mempertimbangkan penggunaan utang, apakah diperuntukkan untuk hal produktif atau tidak. Ketika gearing ratio berada di antara 25% dan 50% (tingkat menengah) artinya usaha dalam keadaan normal.

Terakhir, saat gearing ratio berada di bawah 25% (rendah), artinya usaha memiliki risiko rendah. Tapi saat ini, kondisi seperti itu juga sudah banyak ditinggalkan karena usaha tidak bisa tumbuh maksimal karena tidak berani mengambil resiko (utang).

Baca Juga: Pitch Deck Untuk Mengakses Modal Ekuitas

Setelah membaca ulasan diatas, Sahabat Wirausaha sudah mengetahui jika gearing ratio merupakan hal yang penting karena dapat memberikan gambaran seberapa banyak operasional perusahaan yang didanai oleh utang versus pendanaan yang diberikan oleh para pemegang saham (ekuitas).

Mengambil keputusan untuk berutang ternyata juga tidak jelek-jelek amat. Asalkan tujuannya untuk membuat usaha lebih berkembang lagi, mencari lebih banyak peluang dan pasar, sampai menambah transaksi.

Referensi:

  1. https://cerdasco.com/gearing/
  2. https://www.investopedia.com/terms/g/gearingratio.asp
  3. https://aksaragama.com/akuntansi/gearing-ratio/